PENGARUH
SOSIAL
Pengaruh sosial
merujuk pada perubahan sikap atau perilaku, sebagai hasil dari interaksi dengan
orang lain. Pengaruh sosial juga berpengaruh pada perilaku komunikasi, baik
secara individual maupun komunikasi dalam kelompok. Seberapa jauh dan
mendalamnya pengaruh sosial terhadap sikap, perilaku dan komunikasi. Berikut
pembahasannya.
A. TINGKATAN PENGARUH SOSIAL
Terdapat
perbedaan tingkat penerimaan pengaruh sosial pada individu dalam hal ini
terdapat dua kemungkinan, Anda mungkin akan menerima sepenuhnya pengaruh
pengaruh orang lain tersebut (acceptance) atau Anda hanya
melakukan perubahan secara parsial (hanya untuk memenuhi), tidak menerima
pengaruh tersebut secara utuh (compliance).
1. Acceptance(Penerimaan)
Perubahan yang terjadi di dalam batin kita sebagai hasil dari
pengaruh sosial disebut dengan peneriaan (acceptance). Jika seseorang atau
sebuah kelompok meyakinkan Anda untuk mempercayai dan juga bertindak seperti
yang diinginkan maka perubahan yang Anda lakukan berdasarkan proses yang
terjadi di dalam batin. Berikut merupakan bentuk – bentuk dari acceptance.
a. Indentification (Identifikasi)
Kita mungkin menerima pengaruh karena kita mengindentifikasi
atau memihak sebuah kelompok, individu atau karena alasan tertentu.
Identifikasi membantu mempertahankan hubungan personal antara mereka yang
terlibat. Pada bentuk penerimaan ini, isi dari perubahan keyakinan dan perilaku
bukanlah suatu hal yang penting jika dibandingkan dengan hasilnya. Contoh, Anda
memihak suatu lembaga sosial dan meenrima aturan – aturan yang ada pada lembaga
tersebut meskipun Anda belum mengetahui aturan – aturan itu secar menyeluruh.
b. Internalization (internalisasi)
Bentuk penerimaan yang paling dalam adalah ketika seseorang
merasa yakin untuk mempercayai perubahan sikap. Pada kasus ini, seseorang telah
terinternalisasi dengan keyakinan baru, menerima makna dan bentuk sosial.
Misalnya, Anda bergabung dengan sebuah lembaga sosial karena Anda sepakat
dengan standar yang berlaku di dalamnya (internalisasi), bukan karena Anda
merasa anggota lembaga tersebut sama dengan Anda (identifikasi).
2. Compliance
Pada beberapa hal, pengaruh sosial tidak begitu berdampak
bagi seseorang, dan juga tidak dapat seutuhnya mengubah sikap. Ketika Anda
mengubah perilaku atau ekspresi dari sebuah sikap, tetapi tidak menerima
perubahan tersebut secara utuh maka inilah yang disebut dengan compliance. Kita bisa mendapatkan contoh
– contoh dari complianceini melalui
pengamatan terhadap orang lain, Oleh karena alasan inilah, para peneliti lebih
membahas mengenai efek compliance;
compliance mengubah perilaku, dapat diamati, dan diukur, dengan studi –
studi yang sudah ada, sedangkan acceptance
hanya dapat diketahui melalui self –
report secara jujur.
Bentuk – bentuk compliance
adalah sebagai berikut:
a. Conformity (Konformitas)
Bentuk compliance
yang paling banyak di teliti adalah konformitas, yaitu berubahnya sikap atau
perilaku yang disebabkan adanya tekanan dari kelompok (group pressure). Ada bebrapa kondisi dan proses yang dapat
menghasilkan perubahan, yang akan dibahas pada bagian selanjutnya.
b. Obedience (kepatuhan)
Bentuk yang paling menarik dari compliance adalah kepatuhan, di mana pengaruh individu terhadap
perubahan perilaku individu lainnya adalah hasil permintaan secara langsung
atua perintah.
B. MENERIMA PENGARUH ORANG LAIN
Mengapa kita menuruti dan terkadang menerima pengaruh orang
lain? Ada dua alasan atau standar yang dikemukakan para ahli.
1. Pengaruh Normatif
Menurut teori pembandingan sosial, untuk memvalidasi atau
mempertegas keyakina sosial kita, kita merundingkan atau mengonsultasikannya
dengan perilaku orang lain. Jika pengamatan kita terhadap orang lain memberi
suatu pedoman dalam berperilaku (norma) kita mungkin akan terpengaruh untuk
meniru tindakan tersebut. Standar atau norma sosial yang didapat dari
kepercayaan kita kepada orang lain akan mengarah pada pengaruh normatif.
2. Pengaruh Informasional
Terkadang kita mengubah pikiran dan tindakan karena orang
lain telah menunjukkan kita cara/jalan yang lebih baik atau mereka memberi
informasi yang berguna. Pengaruh informasi ini tidak hanya menghasilkan compliance, tetapi juga acceptance.
C. BENTUK – BENTUK PENGARUH
SOSIAL
Ada tiga bentuk pengaruh sosial, yaitu (1) konformitas, (2)
kepatuhan, dan (3) kekuasaan (power).
Marilah kita bahas satu per satu.
1. Konformitas
Tidaklah mengherankan jika kita hanya sekedar mengikuti
pikiran dan tindakan teman – teman kita atau orang – orang yang kita kenal.
Dari berbagai hubungan yang dimiliki, kita mendapat berbagai manfaat, termasuk
standar atau norma untuk dapat menyesuaikan diri. Penelitian klasik telah
menguji dampak dari kehidupan orang lain, baik orang asing ataupun teman,
berdasarkan dua proses, yaitu pembentukan norma (norm formation) dan tekanan kelompok (group pressure).
Berikut marilah kita simak dua proses tersebut dan berkaitan
dengan konformitas adalah faktor – faktor situasi yang mempengaruhi konformitas
dan perbedaan individual yang mempengaruhi kelompok.
a. Pembentukan Norma
Norma – norma adlah pedoman berperilaku, yang membentuk, dan
mempengaruhi tindaka kita. Akan tetapi, norma juga merupakan hasil dari
interaksi sosial, yaitu perilaku yang oleh banyak orang dikatakan sebagai
populer, modern atau “normal”. Ini berarti norma dapat dan akan berubah, dan
kita dengan individu lainnya harus terus saling mempelajari untuk menentukan
norma apa yang ada dan bagaimana harus berperilaku.
Untuk memperjelas pemahaman tentang pembentukan norma ini,
berikut dapat Anda pelajari.
1)
Pada tahun 1930-an Muzafer Sherif
menguji kekuatan norma – norma yang diterima dalam mempengaruhi perilaku. Hasil
penelitian Sherif menunjukkan bahwa meskipun tidak saling mengenal, orang
menyandarkan persepsi orang lain untuk menentukan sebuah norma, lalu
menyesuaikan penilaian yang dibuatnya sendiri dengan norma tersebut.
Pembentukan norma dalam sebuah kelompok tidak hanya menghasilkan standar bagi
perilaku pada saat itu, tetapi juga mempengaruhi penilaian individu untuk masa
– masa berikutnya. Daya tahan norma sosial ini dapat menjelaskan tradisi yang
tetap bertahan selama beberapa generasisesudah norma itu pertama kali terbentuk
2)
Penularan sosial (social Contagion)
Ketika norma terbentuk,
norma menyebar luas dengan cepat, Bukankah kita sering heran bagaimana rumor
dan lelucon dapat tersebar dengan cepat dari satu tempat ke tempat lainnya?
Penelitian menyebutkan sejumlah peristiwa yang dapat memicu penularan sosial,
yakni menyebarkan pola perilaku ke banyak orang sebagai hasil dari interaksi
yang dilakukan. Contoh, pekerja pabrik yang tidak mendapat upah yang cukup dan
tidak dalam keadaan sehat mungkin merasa mempunyai penyakit yang berbahaya
(yang imajiner). Rekan kerja yang melihatnya kemudian merasa mendapat gejala
yang sama. Penyakit yang imajiner ini, dam “gejala” yang lebih bersifat
emosional adalah model atau acuan yang dicontoh oleh pekerja pabrik lainnya.
Inilah yang dimaksud dengan “penularan”, sama seperti pekerja pabrik yang
bersimpati dan merasa sama dengan rekannya yang dipecat.
b. Tekanan Kelompok (Group
pressure)
Kebanyakan sandi tentang conformity
menemukan dampak dari kelompok terhadap individu. Terkadang kelompok itu
hadir (anggota – anggotanya hadir secara fisik). Lain waktu mungkin kelompok
tersebut imajiner, seperti ketika Anda menganggap bahwa penonton yang lain
telah mengisi bangku – bangku yang ada. Penelitian yang paling berpengaruh
dalam terhadap tekanan kelompok dilakukan oleh psikolog sosial Solomon Asch. Pada
tahun 1940-an dan 1950-an. Asch meneliti pengaruh tekanan kelompok terhadap
penilaian dan perilaku individu. Kemudian, penelitian tersebut juga menguji
pengaruh tekanan dari kelompok imajiner. Studi Asch menyimpilkan meskipun
berada diantara orang yang tidak dikenal, individu secara sosial
tepengaruh untuk melakukan konformitas
dengan norma – norma, bahkan ketika subjek dapat melihat sendiri realitas yang
ada.
Penelitian Asch kemudian dilanjutkan oleh Crutchfield.
Penelitian Asch telah menegaskan bahwa keberadaan orang lain yang dapat
terlihat secara fisik, menciptakn tekanan kelompok untuk conform. Sedangkan Crutchfield menemukan bahwa meskipun keberadaan
orang lain itu bersifat tidak langsung, dan individu tidak berhadapan tatap
muka dengan anggota kelompok, kecenderungan dalam perilaku kelompok menciptakan
pengaruh untuk conform.
c. Faktor –faktor situasi yang
mempengaruhi konformitas
Penelitian yang dilakukan Asch dan lainnya menemukan beberapa
faktor yang dapat menentukan konformitas, yaitu.
1)
Ukuran Kelompok
Peningkatan ukuran kelompok,
dari tiga hingga lima orang, juga akan meningkatkan kecenderungan di antara
para anggotanya untuk menyesuaikan diri.
2)
Kebulatan suara (Unanimity)
Kelompok yang sepakat
mendatangkan penyesuaian yang lebih besar dari para anggota, dibandingkan
kelompok yang tidak bulat suaranya. Kehadiran suatu hal berbeda atau menyimpang
memudahkan anggota lain untuk tidak menyesuaikan diri. Dampak dari pemecahan
penyesuaian ini bisa dilihat dari ketika hal yang menyimpang telah meyeruakan
ketidaksepakatannya maka orang lain mendapatkan contoh dari ketidaksesuaian
yang dapat diikuti.
3)
Kohesi Kelompok
Kohesi kelompok adalah
loyalitas kelompok, yakni kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap
tinggal dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok.
4)
Komitmen Publik
Penyesuaian lebih tinggi
terjadi dalam kelompok yang penilaian dan pilihannya dibuat dihadapan publik.
Contoh, pada pemilihan kandidat yang dilakukan secara voting dengan cara
menghitung jumlah tangan yang teracung, anggota kelompok akan merasa mendapat
tekanan untuk menyesuaikan diri dengan opini oranglain. Ini berbeda ketika
pemilihan dilakukan secara rahsia agar seseorang akan merasa lebih aman dan
lebih bebas dari kecaman oranglain.
d. Perbedaan individual yang
mempengaruhi konformitas
Perbedaan yang dimilika masing – masing individu menyebabkan
berbeda pula kecenderungan untuk menyesuaikan diri, faktor – faktor yang
mempengaruhinya untuk menyesuaikan diri, antara lain:
1)
Status
Individu yang memiliki
status yang lebih rendah cenderung mudah melakukan penyesuaian, dibandingkan
individu dengan status tinggi. Orang yang berpenampilan baik dan menarik lebih
mudah ditiru ketika mereka memberi contoh yang buruk. Orang – orang yang
mempunyai pekerjaan dengan status rendah lebih mencari panduan pada atasan (superior).
2)
Gender
Meski banyak studi tentang
konformitas tidak memperlihatkan adanya perbedaan gender, beberapa di antaranya
mengatakan bahwa dalam kondisi tertentu, perempuan lebih konformis dari lelaki.
Dampak dari gender ini mungkin hanyalah bentuk lain dari pengaruh status yang
lebih diungkap sebelumnya.
3)
Kepribadian (personality traits)
Perbedaan kepribadian dalam
perilaku sosial adalah hal yang menarik.Kecenderungan seseorang untuk
menyesuaikan diri mungkin berkaitan dengan pola perilaku oranglain atau
kecenderungan pribadi.
4)
Budaya
Perbedaan budaya dan bangsa
menyebabkan perbedaan nilai – nilai dan tujuan. Sejumlah studi menunjukkan
perbedaan budaya mempengaruhi konformitas.
2. Kepatuhan
Dalam hal ini terdapat konsep experimental realism, yakni realitas terhadap pengalaman yang dapat
mempengaruhi kepatuhan, dimana individu menafsirkan situasi yang sangat kuat,
membuat kebanyakan individu sulit untuk melawan. Penelitian Milgram lebih
lanjut mengidnetifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kemauan individu
untuk patuh atau tidak.
a. Sosok berwenang
b. Dukungan kelompok
3. Kekuasaan Sosial
Power didefinisikan sebagai kekuatan dari pemberi pengaruh yang
menyebabkan perubahan sikap dan perilaku seseorang. Betram Raven dkk.
Mengidenttifikasikan tipe power.
a.
Reward power (kekuasaan imbalan)
b.
Coercive power (kekuasaan hukuman)
c.
Legitimate power (kekuasaan legitimasi)
d.
Referent power (Kekuasaan rujukan)
e.
Expert power (kekuasaan ahli)
f.
Informatinal power (kekuasaan informasional)
D. DAMPAK KEKUASAAN
Power
tidakhanyaberdampakpadasasarandaripengaruhsosialtetapijugaberdampakpadasipemberipengaruh
yang mempunyai power.
1. Dampak yang tidak mempunyai
kekuasaan/tidak nerdaya
Seseorang yang secara teratur di pengaruhi untuk berperilaku
seperti yang diinginkan hanya menghasilkan compliance.
Akan tetapi penelitian menyebutka bahwa progran ketaatan perilaku waktu
demi waktu, dapat menghasilkan acceptance.
Pengaruh lain dari power terhadap powerless adalah sasaran
dapat kehilangan rasa kemampuan dirinya. Ebanyakan peran sosial yang kita
miliki membuat kita sekaligus menjadi pemberi pengaruh dan sasaran pengaruh
dalam waktu bebeda.
2. Dampak terhadap yang
mempunyai kekuasaan
Power dapat meningkatkan untuk meningkatkan kesempatan dan
menggunakan powernya untuk mengontrol dan merendahkan sasaran. Proses dan
kecenderungan ini dapat menjadi suatu candu dan kebiasaan yang merusak.
PERILAKU KELOMPOK
Dalam
psikologi sosial, suatu kelompok terdiri dari kurang lebih dua orang ataualebih
banyak yang berinteraksi, berkomunikasi, dan mempengaruhi satu sama lain selama
beberapa waktu.
Untuk
dapat membentuk suatu kelompok, sekelompok orang harus saling berbagi bukan
hanya keadaan yang sama, tetapi juga persepsi dan tujuan.
Ada
dua alasan umum mengapa orang bergabung dengan suatu kelompok, yaitu 1.
Pencapaian tujuan dan 2. Pemuasan kebutuhan.
A. KLASIFIKASI DAN PERAN
KELOMPOK
1. Peran Kelompok
a. Identitas
Kepemilikan dalam kelompok adalah suatu bentuk kategorisasi
sosial, yaitu kelompok menjadi satu aspek dari identitas sosial.
b. Penyimpangan
Tujuan kelompok terkadang dapat mengesampingkan atau
bertentangan dengan tujuan pribadi anggotanya.
c. Dampak sosial
Sebuah kelompok akan lebih besar berpengaruh pad setiap
anggotanya jika kuat, pengaruhnya dekat, mempunyai jumlah yang besar.
2. Struktur dan Fungsi Kelompok
Menurut Robert Bales ada dua fungsi penting dari perilaku
kelompok yaitu agenda tugas yang berhubungan dengan pekerjaan dan agenda sosial
yang mempertemukan kebutuhan emosional dan peran sosial anggota kelompok.
Pertemuan dua agenda tersebut dilakukan oleh kelompok dengan beberapa struktur
dan proses kunci, yaitu:
a. Norma
Adalah aturan atau pedoman bagi perilaku yang diharapkan dan
diterima.
b. Peran
Merupakan seperangkat norma yang menentukan perilaku yang
pantas bagi kedudukan atau posisi sosial tertentu. Peran yang diasosiasikan
dengan kehormatan atau gengsi, disebut status/posisi tinggi. Dalam kelompok ada
dua macam konflik peran yaitu konflik orang peran dan konflik antarperan.
c. Kohesi Kelompok
Rasa ketertarikan dan kesetiaan yang memotivasi setiap
anggota untuk tetap berada dalam kelompok. Kohesi erat hubungannya dengan
kepuasan, mendorong produktivitas, mendorong semangat, mendorong komunikasi
yang efektif dan efisien.
3. Proses dalam Kelompok
Individu dalam konteks kelompok dapat berperilaku berbeda
dari orang lain yang bertindak secara bebas tanpa ikatan dengan kelompok
manapun.
a. Dampak terhadap kesadarn diri,
deindividualisme
Dampak terhadap kesadaran diri, yaitu adanya pengueangan
kesadaran diri, dapat berupa tindakan yang tidak konsisten dengan sikap
individu tersebut dan penyerapan norma kelompok yang terlihat.
b. Dampak terhadap performance
(kinerja): fasilitas sosial
Kehadiran orang lain dapat mendorong dan memudahkan
pelaksanaan kinerja.
c. Sosialisasi kelompok
Sosialisasi kelompok berlangsung dalam serangkaian tahap
yaitu, investigasi, sosialaisasi, pemeliharaan, dan terkadang resosialisasi dan
kenangan.
4. Pembentukan Keputusan
Terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
keputusan kelompok yaitu:
a. Tujuan Sama
Sebuah keputusan akan lebih baik jika seluruh anggota
kelompok menerima tujuan yang sama.
b. Pembagian Tugas
Pembagian tugas akan mencapai hasil yang baik.
c. Status dan Komunikasi
Anggota dengan status lebih tinggi akan berbicara lebih
banyak dan lebih berpengaruh.
d. Ukuran Kelompok
Semakin kecil kelompok akan semakin efisien pekerjaannya.
e. Heterogenitas Kelompok
Dalam proses pembuatan keputusan mungkin terdapat bias, ada
tiga bias sumber yaitu:
a. Predisposisi anggota
Dalam mempertimbangkan sesuatu anggota kelompok mempinyai
kecenderungan masing – masing.
b. Solusi Terendah
Kebanyakan orang sulit untuk menerima kritikan oranglain
dengan nyaman.
c. Pergeseran Pilihan
Mewakili masalah yang telah banyak dipelajari dan dikenal
dengan polarisasi kelompok.
5. Polarisasi Kelompok
Berkaitan dengan pembuatan keputusan, dikenal adanya
polarisasi kelompok. Ada yang berpendapat bahwa dalam kelompok individu menjadi
kurang berani, kurang kreatif, kurang inovatif, menghindari resiko. Namun, ada
yang berpendapat orang yang berasa dalam kelompok justru cenderung lebih
berani.
Menurut Jalaludin Rahmat terdapat dua implikasi negatif
polarisasi, yaitu Groupthink syndrome
adalah proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat
kohesif di mana anggota – anggotanya mempertahankan konsensus kelompok sehingga
kemampuan kritisnya tidak efektif lagi.
Kedua, adanya ekstremisme
dalam kelompok gerakan sosial dan politik dimana anggota – anggotanya
memiliki pandangan yang sama ketika
mereka berdiskusi semakin yakin tentang kebersamaan dan menyalahkan kelompok
lain.
B. KEPEMIMPINAN
1. Perilaku Kepemimpinan
a.
Spesialis
b.
Kepemimpinan unggul
2. Fungsi Pemimpin
-
Pencapaian tujuan
-
Pemeliharaan Kelompok
-
Identitas Simbolik
-
Perwakilan Kelompok
-
Perubahan Kelompok
3. Cara Pandang Memilih
Pemimpim
-
Pendekatan yang baik bahwa
pemimpin yang baik dilahirkan
-
Pendekatan bahwa kepemimpinan
adalah soal gaya
-
Pendekatan Konteksual