Thursday, May 3, 2012

Catatan Kuliah : Komunikasi AntarPribadi dan Keterampilan Komunikasi

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI

Pengertian Keterampilan Komunikasi
       Komunikasi atau ”communication" berasal dari bahasa latin "communis". atau dalam Bahasa Inggrisnya "commun" secara etimologi berarti "sama". Berkaitan dengan hal ini Sowandi (1996:13) mengemukakan, "Apabila kita berkomunikasi (to commumcate), ini berarti bahwa kita berada dalam keadaan berusaha untuk menimbulkan kesamaan".
       Secara terminologis, komunikasi merupakan suatu istilah yang menunjukkan suatu proses hubungan antara individu satu dengan lainnya yang berisi kegiatan menyampaikan dan menerima pesan. Sehubungan dengan hal ini Effendi (1996:6) mengemukakan bahwa, "Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap-sikap, pendapat atau perilaku". Sejalan dengan hal ini Supihara (1999:15) menyatakan, "Komunikasi adalah proses penyampaian pesan-pesan baik secara lisan maupun mempergunakan informasi". Komunikasi menurut Bulatau (2007:70) dapat pula dipahami, ”Sebagai pengungkapan pribadi kepada orang lain".
Pendapat lain tentang komunikasi sebagaimana dijabarkan oleh Suprapto dan Fahrianoor (2004:5) yang menyebutkan bahwa :
      Komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan dalam bentuk simbol atau lambang yang melibatkan dwiperson atau lebih yang terdiri atas pengirim (komunikator) dan penerima (komunikan) dengan maksud untuk mencapai tujuan bersama mengenai masalah atau persoalan masing-masing pihak.
       Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai makna hakiki komunikasi yaitu suatu proses interaksi yang didalamnya terdapat maksud saling melengkapi, memperbaiki, dan memahami persoalan-persoalan yang dialami oleh personil teriibat dalam komunikasi tersebut. Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa komunikasi tidak sekedar media penyampaian pesan belaka (yang mungkin menguntungkan salah satu pihak saja) melainkan lebih kepada jalinan antar personal (pribadi) antar pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
       Oleh sebab itu, agar komunikasi berjalan dengan baik dan lancar serta memberi manfaat baik bagi pihak penyampai pesan maupun bagi pihak penerima pesan, maka diperlukan adanya keterampilan komunikasi. Menurut Hafied Changara (2007:85) keterampilan komunikasi adalah, ”Kemampuan seseorang untuk menyampaikan atau mengirim pesan kepada khalayak (penerima pesan)”. Selanjutnya menurut Anwar Arifin (2008:58) kemampuan komunikasi adalah, ”Keterampilan seseorang dalam menyampaikan pesan yang jelas dan mudah dipahami oleh penerima pesan”.
       Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan komunikasi adalah kemampuan seseorang untuk menyampaikan atau mengirim pesan yang jelas dan mudah dipahami oleh penerima pesan. Untuk itu, agar mampu melakukan komunikasi yang baik, maka seseorang harus memiliki ide dan penuh daya kreativitas yang tentunya dapat dikembangkan melalui berbagai latihan dengan berbagai macam cara, salah satunya membiasakan diri dengan berdiskusi.

1. Jenis-jenis Keterampilan Komunikasi
       Setiap komunikasi yang dilakukan, tentunya diharapkan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi siapa saja yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Komunikasi akan berjalan dengan dinamis, apabila disertai adanya suatu reaksi dari pihak penerima pesan. Menurut Asrori (2003:136) ialah, “Komunikasi verbal, komunikasi fisik, komunikasi emosional”. Berikut penjelasan tentang keterampilan yang dibutuhkan untuk masing-masing komunikasi tersebut :
a. Keterampilan komunikasi verbal
       Komunikasi verbal adalah komunikasi yang terjadi bila dua orang atau lebih melakukan kontak satu sama lain dengan menggunakan alat artikulasi atau pembicaraan. Prosesnya terjadi dalam bentuk percakapan satu sama lain. 
       Ini berarti, komunikasi verbal adalah komunikasi yang secara nyata dapat dilihat melalui percakapan antara dua orang atau lebih, sehingga setiap orang yang melakukan komunikasi verbal perlu untuk memiliki kemampuan dalam menggunakan kata-kata, tata bahasa yang baik dan sopan, sehingga pesan yang disampaikan dapat mudah ditangkap oleh penerima pesan (lawan bicara).

b. Keterampilan komunikasi fisik
       Komunikasi fisik adalah komunikasi yang terjadi manakala dua orang atau lebih melakukan kontak dengan menggunakan bahasa tubuh. Misalnya, ekspresi wajah, posisi tubuh, gerak-gerik dan kontak mata. 
       Berarti, dalam menggunakan komunikasi fisik, seseorang diharuskan memiliki kemampuan untuk menggunakan anggota tubuh secara tepat dan sesuai dengan yang disampaikan, agar pesan dapat mudah diterima dan dipahami oleh penerima pesan.

c. Keterampilan komunikasi emosional
       Komunikasi emosional adalah interaksi yang terjadi manakala individu melakukan kontak satu sama lain dengan melakukan curahan perasaan. Misalnya, mengeluarkan air mata sebagai tanda sedih, haru, atau bahkan terlalu bahagia.
       Berdasarkan pendapat ini, seseorang yang dikatakan terampil melakukan komunikasi emosional adalah apabila dalam melakukannya ia tetap berada pada kondisi mental dan kejiwaan yang stabil, sehingga hal-hal yang bersifat bentuk komunikasi emosinal seperti sedih, haru dan senang tetap terlihat dalam bentuk yang wajar dan tidak berlebihan.

2. Upaya Pengembangan Keterampilan Komunikasi
       Banyak orang memiliki kemampuan dan keinginan yang besar, tetapi karena ia tidak dapat mengkomunikasikannya kepada orang lain, kemampuan atau keinginan itu tidak dapat dikembangkan atau terpenuhinya. Agar hal ini tidak terjadi, maka diperlukan adanya upaya pengembangan keterampilan komunikasi yang dilakukan. Hafied Changara (2007:91) mengemukakan bahwa, “Untuk mencapai komunikasi yang mengena, seorang komunikan harus memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive) dan kekuatan (power)”. Ketiga hal ini perlu dikembangkan oleh setiap orang yang menginginkan komunikasi yang dilakukannya berhasil :

a. Kepercayaan (credibility)
       Komunikator yang baik dan efektif harus memiliki kredibilitas yang tinggi. Menurut Kathleen S. Abraham (1997:181) kredibilitas adalah, "seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima dan diikuti oleh pendengarnya."
       Pengembangan kepercayaan (credibility) dapat dikembangkan melalui teori Aristoteles. Menurut Hafied Changara (2007:91) teori tersebut adalah, “Ethos, pathos dan logos. Ethos ialah karakter pribadinya. Pathos ialah pengendalian emosi. Logos ialah kemampuan argumentasi”. Artinya, untuk mengembangkan kepercayaan atau kredibilitas, seseorang harus mampu memperkuat karakter pribadinya, mengendalikan emosinya dan memiliki kemampuan berargumentasi yang baik dan berdasar.

b. Daya tarik (attractive)
       Daya tarik adalah salah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang komunikator selain kredibilitas. Faktor daya tarik (attractiveness) banyak menentukan berhasil tidaknya komunikasi. Hafied Changara (2007:94) mengemukakan bahwa, “Pendengar atau pembaca bisa saja mengikuti pandangan seorang komunikator, karena ia memiliki daya tarik dalam hal kesamaan (similarity), dikenal baik (familiarity), disukai (liking) dan fisiknya (physic).
       Kesamaan di sini dimaksudkan bahwa orang bisa tertarik pada komunikator karena adanya kesamaan demografis seperti bahasa, agama, suku, daerah asal dan sebagainya. Dikenal maksudnya seorang komunikator adalah seorang yang sudah lama dikenal oleh para khalayak. Disukai artinya komunikator adalah orang yang disenangi dan disukai oleh khalayak. Fisik artinya seorang komunikator akan dapat diterima dengan baik apabila memiliki tampilan fisik yang baik dan menarik.
       Katherin Miller (2005:59) mengemukakan bahwa, "komunikator yang mampu menjadi pribadi yang menyenangkan dan memiliki penampilan fisik yang menarik akan dengan mudah diterima oleh khalayak." Oleh sebab itu, untuk meningkatkan daya tarik maka seseorang harus mampu belajar dan mengembangkan diri untuk menjadi pribadi yang menyenangkan dan menjaga penampilan fisik.

c. Kekuatan (power)
       Kekuatan dapat diartikan sebagai kekuasaan dimana khalayak dengan mudah menerima suatu pendapat kalau hal itu disampaikan oleh orang yang memiliki kekuasaan. Hafied Changara (2007:95) mengemukakan bahwa, “Kekuatan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang komunikator jika ia ingin mempengaruhi orang lain”.
       Selanjutnya, Hafied Changara (2007:95) mengemukakan bahwa, “Kepercyaan diri dalam komunikasi akan tumbuh apabila komunikator mampu memproyeksikan dirinya ke dalam orang lain”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa, apabila seseorang ingin memiliki kekuatan dalam berkomunikasi, maka ia harus mampu mengembangkan kepercayaan dirinya.

Catatan Kuliah : Komunikasi Massa


Definisi Komunikasi Massa
       Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunaka sarana tertentu guna mempengaruhi atau mengubah perilaku penerima pesan.
       Komunikasi Massa adalah (ringkasan dari) komunikasi melalui media massa (communicating with media), atau komunikasi kepada banyak orang (massa) dengan menggunakan sarana media. Media massa sendiri ringkasan dari media atau sarana komunikasi massa. Massa sendiri artinya “orang banyak” atau “sekumpulan orang” –kelompok, kerumunan, publik.
       William R. Rivers dkk. membedakan antara communication dan communications. Communication adalah proses berkomunikasi. Communications adalah perangkat teknis yang digunakan dalam proses komunikasi, e.g. genderang, asap, butir batu, telegram, telepon, materi cetak, siaran, dan film.
       Edward Sapir: Communication = proses primer, terdiri dari bahasa, gestur/nonverbal, peniruan perilaku, dan pola perilaku sosial. Communications = teknik-teknik sekunder, instrumen dan sistem yang mendukung proses komunikasi, e.g. kode morse, telegram, terompet, kertas, pulpen, alat cetak, film, pemancar siara radio/TV.

William R. Rivers dkk.:
Komunikasi Massa dapat diartikan dalam dua cara:

  1. Komunikasi oleh media.
  2. Komunikasi untuk massa.

       Namun, Komunikasi Massa tidak berarti komunikasi untuk setiap orang. Pasalnya, media cenderung memilih khalayak; demikian pula, khalayak pun memilih-milih media.

Karakteristik Komunikasi Massa menurut William R. Rivers dkk.:

  1. Satu arah.
  2. Selalu ada proses seleksi –media memilih khalayak.
  3. Menjangkau khalayak luas.
  4. Membidik sasaran tertentu, segmentasi.
  5. Dilakukan oleh institusi sosial (lembaga media/pers); media dan masyarakat saling memberi pengaruh/interaksi.

McQuail menyebut ciri utama komunikasi massa dari segi:

  • Sumber : bukan satu orang, tapi organisasi formal, “sender”-nya seringkali merupakan komunikator profesional.
  • Pesan : beragam, dapat diperkirakan, dan diproses, distandarisasi, dan selalu diperbanyak; merupakan produk dan komoditi yang bernilai tukar.
  • Hubungan pengirim-penerima bersifat satu arah, impersonal, bahkan mungkin selali sering bersifat non-moral dan kalkulatif.
  • Penerima merupakan bagian dari khalayak luas.
  • Mencakup kontak secara serentak antara satu pengirim dengan banyak penerima.

Denis McQuail tentang Media:

  • Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan industri lain.
  • Sumber kekuatan –alat kontrol, manajemen, dan inovasi masyarakat.
  • Lokasi (forum) untuk menampilkan peristiwa masyarakat.
  • Wahana pengembangan kebudayaan –tatacara, mode, gaya hidup, dan norma.
  • Sumber dominan pencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat.

Lengkapnya, Karakteristik Komunikasi Massa menurut para pakar komunikasi :

  1. Komunikator Melembaga (Institutionalized Communicator) atau Komunikator Kolektif (Collective Communicator) karena media massa adalah lembaga sosial, bukan orang per orang.
  2. Pesan bersifat umum, universal, dan ditujukan kepada orang banyak.
  3. Menimbulkan keserempakan (simultaneous) dan keserentakan (instantaneos) penerimaan oleh massa. 
  4. Komunikan bersifat anonim dan heterogen, tidak saling kenal dan terdiri dari pribadi-pribadi dengan berbagai karakter, beragam latar belakang sosial, budaya, agama, usia, dan pendidikan.
  5. Berlangsung satu arah (one way traffic communication). 
  6. Umpan Balik Tertunda (Delayed Feedback) atau Tidak Langsung (Indirect Feedback); respon audience atau pembaca tidak langsung diketahui seperti pada komunikasi antarpribadi.


Karakteristik Media Massa:

  1. Publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak. 
  2. Universalitas, pesannya bersifat umum, tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak (masyarakat umum).
  3. Periodisitas, tetap atau berkala, misalnya harian atau mingguan, atau siaran sekian jam per hari. 
  4. Kontinuitas, berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan priode mengudara atau jadwal terbit.
  5. Aktualitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik. 


Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/1877099-definisi-komunikasi-massa/#ixzz1toCnidOC

Catatan Kuliah : Komunikasi Antar Budaya

DEFINISI
       Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Menurut Stewart L. Tubbs,komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
       Hamid Mowlana menyebutkan komunikasi antarbudaya sebagai human flow across national boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain.Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya.
       Intercultural communication generally refers to face-to-face interaction among people of diverse culture.
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan:
  1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan.
  2. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama.
  3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita.
  4. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan pelbagai cara.
HAKIKAT KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
A. Enkulturasi
       Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka.

B. Akulturasi
       Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain.Misalnya, bila sekelompok imigran kemudian berdiam di Amerika Serikat (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur tuan rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.

FUNGSI - FUNGSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
A. Fungsi Pribadi
       Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
  • Menyatakan Identitas Sosial. Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang.
  • Menyatakan Integrasi Sosial. Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah: saya memperlakukan anda sebagaimana kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya kehendaki. Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka.
  • Menambah Pengetahuan. Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
  • Melepaskan Diri atau Jalan Keluar. Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencri jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi yang berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris.
B. Fungsi Sosial
  • Pengawasan. Praktek komunikasi antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarlusakan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
  • Menjembatani. Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.
  • Sosialisasi Nilai. Merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.
  • Menghibur. Fungsi ini sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya. Misalnya menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di taman kota yang terletak di depan Honolulu Zaw, Honolulu, Hawai. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.

PRINSIP - PRINSIP KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

1. Relativitas Bahasa
       Gagasan umum bahwa bahasa memengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa memengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.

2. Bahasa Sebagai Cermin Budaya
       Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan.Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).

3. Mengurangi Ketidak-pastian
       Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dam ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena letidak-pasrtian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.

4. Kesadaran Diri dan Perbedaan Antarbudaya
       Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.

5. Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya
       Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun kita selalu menghadapi kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.

6. Memaksimalkan Hasil Interaksi
       Dalam komunikasi antarbudaya - seperti dalam semua komunikasi - kita berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (1989) mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Sebagai contoh: 
  • Pertama, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Karena komunikasi antarbudaya itu sulit, anda mungkin menghindarinya. Dengan demikian, misalnya anda akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya dengan anda ketimbang orang yang sangat berbeda.
  • Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi kita. Bila kita memperoleh hasil negatif, kita mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi.
  • Ketiga, kita mebuat prediksi tentang mana perilaku kita yang akan menghasilkan hasil positif. Dalam komunikasi, anda mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisisi yang anda ambil, perilaku nonverbal yang anda tunjukkan, dan sebagainya.Anda kemudian melakukan apa yang menurut anda akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakkan apa yang menurut anda akan memberikan hasil negatif.

Sumber : WIKIPEDIA

Catatan Kuliah : Komunikasi di Depan Umum

Komunikasi di Depan Umum

       Berbicara didepan publik/umum merupakan kegiatan yang pada dasarnya dilakukan dalam rangka komunikasi. Pembicara memiliki ide yang dapat berupa pengetahuan, pengalaman, cita-cita, keinginan, perasaan, dan sebagainya itu akan disampaikan kepada publik. Bagaimana cara menyampaikannya?
Pembicara menyajikan idenya mempergunakan kode, tanda atau lambing. Kode utama yang diperlukan pembicara adalah bahasa. Bahasa yang disusun begitu rupa untuk untuk menyampaikan ide ini biasa disebut wacana. Karena pembicara ingin menyampaikan idenya secara langsung kepada publiknya. Wujud wacananya adalah wacana lisan. Publik mendengarkan wacana lisan pembicara serta menyaksikan ekspresi wajah, gerak anggota tubuh, dan penampilan pembicara.publik aktif menafsirkan ide yang ingin disampaikan pembicara dengan mempergunakan wacana lisan dan seluruh ekspresinya itu.
       Apa tujuan utama orang berbicara di depan umum? Tujuan orang berbicara didepan umum adalah agar umum memiliki ide seperti yang dimiliki pembicara. Dengan kata lain, tercipta kebersamaan dalam ide. Pembicara dan publik sama-sama memiliki ide yang sama.
       Untuk memulai berbicara didepan forum umum, ada 4 faktor yang harus dimiliki oleh seorang pembicara , yaitu :
  1. Percaya Diri, jika seorang pembicara tidak percaya diri maka akan sulit baginya untuk menyampaikan ide dan gagasan yang ada didalam pikirannya. Hal ini disebabkan hatinya sudah diliputi rasa grogi,malu atau takut sehingga bingung harus menyampaikan apa dan tidak tahu dari manakah untuk memulai presentasinya.
  2. Kejelasan Suara, gunakan suara yang dapat didengar jelas oleh audien (pendengar). Volume suara cukup sedang2 saja dan jangan menggunakan istilah2 yang sulit dimengerti oleh audien karena tingkat pengetahuan dari masing2 audien tidak sama. Penggunaan istilah2 umum mungkin akan sangat membantu para audien memahami apa yang kita sampaikan.
  3. Ekspresi/Gerak Mimik, seorang pembicara juga merupakan seorang aktor dihadapan audiennya. Penggunaan ekspresi yang tepat sesuai tema pembicaraan kita akan dapat membuat audien menjadi lebih semangat untuk mengikuti setiap detil pembicaraan kita dan terhindar dari kantuk akibat kebosanan melihat cara berbicara kita.
  4. Kelancaran Komunikasi, agar audien dapat menangkap maksud penyampaian pembicara maka cara menyampaikan haruslah lancar dan terunut dengan baik.
Kiat-kiat berbicara di depan umum:
  1. Menguasai medan dan mengetahui siapa calon pendengar terlebih dahulu sehingga dapat menyusun strategi agar mereka dapat antusias sewaktu kita mulai berbicara.
  2. Gunakan tema pembicaraan yang sesuai dengan tingkat kemampuan daya tangkap pendengar/audien sehingga mereka tidak menjadi bosan dan kemudian mengabaikan pembicaraan kita. Audien cenderung bosan dan mengobrol atau mengantuk ketika pembicara menyampaikan materi yang tidak bisa ditangkapnya.
  3. Menggunakan pilihan kosakata yang mudah dimengerti dan dipahami oleh pendengar agar tidak terjadi salah komunikasi.
  4. Jika terjadi gangguan psikologis, sebaiknya alihkan perhatian kita dengan cara memegang sesuatu atau menggunakan media sehingga rasa stress/kuatir dapat kita alirkan ke media tersebut sehingga tidak mengganggu konsentrasi sewaktu berbicara.
  5. Berani memulai berbicara dan berusahalah mencari celah untuk menarik antusiaisme audien guna menghidupkan suasana komunikasi kita.
  6. Sebagai pembicara kita harus tenang untuk menghindari alur berpikir yang melompat-lompat / cerita yang tidak runtut sehingga dapat membuat pembicaraan kita terlihat tidak tentu arahnya.
  7. Beri penekanan pada topik yang menjadi tujuan kegiatan berbicara tersebut dengan cara menyampaikan suatu kalimat secara berulang-2 secara tepat sehingga tidak terkesan mendikte audien.
Siap Sebelum Bicara 
       Ada 6 hal yang perlu dipersiapkan dalam berbicara efektif, yaitu: mengapa, siapa, di mana, kapan, apa dan bagaimana.
1. Mengapa: Menetapkan Sasaran 
       Hal pertama yang harus jelas dalam pikiran Anda sebagai pembicara adalah menetapkan sasaran pembicaraan. Penetapan sasaran sangat membantu dalam menentukan arah pembicaraan dan juga bermanfaat dalam memilih bahan yang sesuai dengan sasaran. Pada umumnya sasaran pembicaraan dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan, misalnya presentasi tugas, memimpin rapat, mengisi kajian, dan sebagainya.

2. Siapa: Pendengar
       Meneliti apa dan siapa pendengar dapat membantu dalam menetapkan bahan yang akan disampaikan dan meyakinkan diri Anda bahwa Anda menyampaikan bahan pembicaraan kepada pendengar yang tepat.
  1. Hal yang perlu diketahui dari sidang pendengar antara lain : 
  2. Berapa banyak orang yang hadir? 
  3. Mengapa mereka hadir di ruang tersebut? 
  4. Bagaimana tingkat pengetahuan yang mereka miliki atas topik pembicaraan? 
  5. Apa harapan mereka atas topik pembicaraan? 
  6. Bagaimana usia, pendidikan, dan jenis kelamin mereka?
3. Di Mana: Tempat dan Sarana 
       Penting bagi Anda untuk mengetahui dan memperhatikan tempat pembicaraan akan dilaksanakan.
Berikut ini beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bagi pembicara : 
  • Melakukan praktek : Apabila pembicaraan dilaksanakan pada ruang yang besar dan luas, maka akan lebih baik untuk mencoba suara terlebih dahulu, sebelum betul-betul berbicara di depan sidang pendengar. 
  • Mempelajari sarana yang tersedia : Sangat bermanfaat, bila Anda lebih dahulu melakukan latihan untuk dapat mengoperasikan tombol-tombol lampu, slide projector, dan OHP (Over Head Projector). 
  • Meneliti gangguan yang mungkin timbul : Anda perlu mewaspadai gangguan yang mungkin timbul, misalnya pembicaraan dilakukan dekat jalan raya sehingga suaramu harus dapat mengalahkan suara kendaraan yang lewat.
  • Tata letak tempat duduk : Tata letak tempat duduk perlu diperhatikan, diatur, dipersiapkan, dan dikaitkan dengan sasaran pembicaraan.
4. Kapan: Waktu 
       Berapa lama waktu yang diperlukan dalam pembicaraan? Anda perlu memperhatikan manajemen waktu. 
  1. Waktu penyelenggaraan sangat mempengaruhi : Biasanya, waktu sesudah makan siang dikenal sebagai waktu ‘kuburan’. Pendengar yang sudah makan kenyang, apalagi jika makanan yang disajikan enak rasanya, akan membuat pendengar lebih tertarik untuk ‘berngantuk ria’ daripada mendengarkan pembicaraan. 
  2. Berapa lama waktu yang digunakan : Anda perlu memperhatikan waktu, misalnya waktu untuk pembahasan, waktu istirahat, atau waktu tanya jawab. Agar punya manajemen waktu yang baik, maka perlu latihan terlebih dulu. 
  3. Masalah konsentrasi : Sangat sulit bagi pendengar untuk berkonsentrasi penuh selama lebih dari 2 jam. Apalagi bila mereka merasa bahwa pembicaraan Anda tidak menarik, tidak bermanfaat, dan tidak berminat. Umumnya seseorang dapat berkonsentrasi penuh pada 20 menit di awal pembicaraan, setelah itu konsentrasi akan menurun sedikit demi sedikit.
5. Apa: Bahan yang Akan Digunakan 
       Agar sasaran pembicaraan dapat dicapai, maka persiapan bahan perlu dilakukan. Berikut ini beberapa saran dalam pemilihan bahan: 
  • Menyusun dan memilih bahan 
  • Gunakan contoh 
  • Membuka dan menutup pembicaraan 
  • Membuat catatan-catatan apa yang ingin dibicarakan. 
6. Bagaimana: Teknik Penyampaian 
       Penggunaan kata merupakan basis komunikasi, tetapi dalam kenyataannya keberhasilan dalam pembicaraan tidak hanya ditentukan dari penggunaan kata saja, tetapi justru penggunaan nonkata. Bicara di depan umum yang berhasil seharusnya memenuhi persentase kontribusi sebagai berikut : 
7%: penggunaan kata 
38%: penggunaan nada dan suara 
55%: penggunaan ekspresi muka, bahasa tubuh, dan gerakan tubuh 
1. Pemilihan kata 
       Kata-kata yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan taraf pendengar, begitu juga penggunaan istilah. Sadari bahwa penggunaan kata-kata yang tidak tepat akan menimbulkan masalah. 
2. Teknik penyampaian berita 
       Tidak banyak orang yang mampu menyampaikan berita dengan efektif. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan berita, antara lain: 
  • Gunakan ekspresi dan intonasi yang tepat. 
  • Diam sejenak untuk membantu peserta agar dapat mencerna materi yang sudah diterima. 
  • Bicara dengan jelas dan teratur. 
  • Bicara dengan volume memadai. 
3. Bahasa tubuh 
       Di samping penyampaian dengan menggunakan kata, maka kesuksesan dalam pembicaraan justru bergantung pada hal yang non kata, seperti: gerakan tubuh, tangan, kontak mata, cara berdiri, dan ekspresi muka. Jangan terpaku di satu tempat seperti patung atau sibuk membaca catatan.

Berikut ini beberapa saran untuk mengatasi masalah tersebut, antara lain :
  1. Tatap mata pendengar -> Kontak mata pembicara adalah vital untuk mengetahui apakah pendengar mengantuk, bosan, tidak paham, atau nampak tidak tertarik serta untuk mempertahankan minat pendengar atas apa yang Anda sampaikan. 
  2. Senyum -> Manfaat dari tersenyum adalah mengendorkan ketegangan. 
  3. Hindari membuat jarak -> Anda perlu mendekatkan diri dengan pendengar. Kalau Anda bicara di depan kelas yang pesertanya duduk, Anda bisa jalan-jalan di antara meja mereka. Berdiri di belakang meja atau di belakang papan tulis akan menciptakan jarak dengan pendengar. 
  4. Berdirilah yang tegak tapi tidak kaku -> Berdiri tegak dan kaku, dapat menciptakan ketegangan. 
  5. Sadari kecenderungan untuk jadi pusat perhatian -> Ini tidak berarti pembicara harus berdiri dengan kaku, tapi gerakan-gerakan tangan perlu ada untuk yang ingin disampaikan. Hindari berlebihan menggunakan gerakan, hindari juga mengulang kata-kata yang sama. 
  6. Berusahalah sewajar mungkin -> Agar bisa bertingkah laku secara wajar, berhentilah untuk mencemaskan diri sendiri. Cara yang efektif untuk bisa menjadi wajar adalah dengan latihan bicara di depan kamera sehingga pembicara dapat melihat diri sendiri atau bicara di depan teman-teman.
Meningkatkan Kualitas 
Banyak cara yang dapat digunakan dalam rangka menghidupkan suasana pembicaraan, apalagi bila waktu bicara cukup panjang. Beberapa cara yang dapat Anda gunakan antara lain: 
1. Partisipasi sidang pendengar 
2. Sesi untuk tanya jawab 
3. Antusiasme 
4. Situasi yang menyenangkan  
5. Pendengar yang ‘sulit’ 
6. Gunakan alat bantu 

Hambatan dalam komunikasi di depan umum

a) Tipe kelinci

Persoalan diri sendiri yang pertama-tama harus didobrak adalah bersikap seperti kelinci, yaitu menolak kesempatan untuk tampil. Kelinci akan lari sebelum berhadapan dengan musuhnya. Jika tidak mendobrak sikap ini, rasa takut akan terus menghantui. Tidak berani menampilkan diri dengan berbagai dalih tidak mengatasi persoalan, justru member persoalan.

b) Belum terbiasa

Jika rasa takut teratasi dan telah tampil didepan umum, masalah berikutnya membiasakan diri tampil depan umum. Tampil lagi, tampil lagi, tampil lagi, dan tampil kesekian kalinya akan membebaskan dari rasa takut. Selanjutnya akan merasa tenang dan aman.

c) Kurang persiapan

Secakap apapun seorang pembicara, jika kurang persiapannya jangan diharapakan dia tampil optimal. Sebaliknya, seorang pemula yang menyiapkan diri secara sungguh-sungguh penampilannya akan berhasil.

d) Kondisi tidak sehat

Pembicara amatir biasanya tidak menjaga kesehatan dirinya. Apa yang terjadi? Sewaktu akan tampil bisa jatuh sakit. Dia bisa tidak jadi tampil. Jelas ini tidak professional. Seorang pembicara harus memelihara kesehatan dirinya: badannya, jiwanya, dan pribadinya secara utuh. Agar badan sehat orang perlu makan cukup, istirahat, tidur dan berolahraga teratur.

e) Motivasi tidak kuat

Berkali-kali tampil , tetapi tanpa motivasi yang kuat tidak akan banyak hasilnya. Apalagi tampil seperti anak domba yang diseret ke kandang. Asal melaksanakan tugas. Berhasil atau tidak, tidaklah penting. Yang penting perintah dilaksanakan. Seorang pembicara memerlukan motivasi. Ada banyak motivasi yang dapat mendorong seseorang tampil sebagai pembicara, namun tidak semua motivasi itu kuat. Beberapa motivasi tersebut antara lain: menarik perhatian, mencari nama, memperebut kedudukan, mencari uang, dan sebagainya. Sedangkan motivasi yang sehat dan tahak uji antara lain cinata sesama, cinta nusa dan bangsa, dan cinta kepada tuhan. Pembicara yang tampil dengan motivasi yang kuat pada umumnya akan bekerja dengan sungguh-sungguh dan tidak putus asa apabila gagal.

f) Menyia-nyiakan kan bakat khusus

Tidak melatih bakat yang dimiliki, padahal jika potensi ini digali bisa menjadi suatu keberhasilan bagi orang tersebut.

Catatan Kuliah : Gaya - Gaya Komunikasi AntarPribadi


GAYA KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
1.Bersosialisasi (socializer)
       Tipe Socializer dapat menjadi lebih efektif dalam berhubungan dengan orang lain jika dapat mengontrol waktu dan emosi lebih baik, mengembangkan kemampuan seperti : menentukan dan mengatur sesuatu yang akan dikerjakan, berkonsentrasi pada apa yang dikerjakan. Jika seseorang memiliki gaya komunikasi yang berbeda dengan gaya bersosialisasi dan ingin berhubungan baik dengan socializer. Maka diharuskan untuk mengijinkan socializer ada kaanya keluar dari topic pembicaraan, tertarik dengan ide dan impiannya, menghindari konflik dan adu pendapat, member pujian terhadap penampilan dan karismanya.
2.Pemimpin (Director)
       Tipe Director biasanya menjadi lebih efektif dalam berhubungan dengan orang lain jika berlatih mendengarka, membangun kesan yang lebih santai / tenang, dan mengembangkan kerendahan hati dan sensitivitas. Tipe Director harus memperlihatkan keprihatinan (rasa perhatian) kepada orang lain, mengungkapkan alasan secara verba. Jika seseorang memiliki gaya komunikasi lain dan ingin berhubungan baik dengan Director maka harus berkonsentrasi pada upaya dalam mencapai hasil yang diinginkan seefisien mungkin, tepat dan seksama, dan pandai mengatur sesuatu, dan ahli dalam adu pendapat, tidak berperasaan ketika terjadi pertentangan pendapat.
3.Pemikir ( Thinker )
       Tipe Thinker biasanya dapat lebih efektif jika berhubungan dengan orang lain jika menunjukan dan menghargai orang lain secara lebih terbuka. Orang lain juga akan lebih menghargai tipe Thinker jika lebih tapat waktu dalam mengambil keputusan, memulai satu hal / berinisiatif, ada kalanya berkompromi degan orang lain yang memiliki pandangan berbeda. Jika seseorang memiliki gaya komunikasi lain dan ingin berhubungan baik dengan pemikir, maka seorang tersebut harus cermat dan memiliki persiapan yang baik.
4.Pencerita (Relater)
       Seorang Relater biasanya dapat lebih efektif jika berhubungan dengan orang lain jika dapat menyelesaikan tugas pada waktunya dan menunjukan komitmen pada suatu hal yang penting adakalanya dengan berkata tidak. Jika seseorang memiliki gaya komunikasi yang lain dan ingin berhubungan baik dengan relater, bersikaplah hangat dan tulus dengan tipe relater, aktif mendengar terhadap keprihatinan dan perasaannya, dan pujilah kemampuan tipe ini dalam kemampuan bergaul dengan baik dengan orang lain.

Sumber : http://sicupuanshari.blogspot.com/2011/04/gaya-komunikasi-antarpribadi.html


GAYA - GAYA KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
  1. Visual : Metode menciptakan gambaran untuk memahami stimuli. Mengorganisasikan pengalaman kita dengan gambaran dan citra. Gerak menjadi penting dan sering kali gerak tubuh dipakai untuk melukiskan pengalaman
  2. Auditif : Mengorganisasikan kata-kata kedalam stimulus dan menyampaikan informasi , misalnya untuk melukiskan keindahan alam sabang kita menyatakan, betapa damainya alam disana membuat hati jadi tenang saat mendengar angin, seperti berbisik.
  3. Kinestesis : Kita mengorganisasikan pengalaman kita dengan perasaan atas asosiasi. Emosi menjadi begitu penting dan konflik sering dilakukan, misalnya, saat menceritakan keindahan alam orang tersebut menyentuh lawan komunikasinya lalu berkata ‘’jernihnya laut disana”.... mengingatkan saya pada kebeningan mata ibu.
4 Tipologi gaya komunikasi yang dikembangkan oleh Virginia Satir

  1. Pengalihan : yakni komunikasi yang menunjukan apa pun yang dilakukan selalu tidak relevan dengan apa yang dilakukan orang lain.
  2. Pendamaian : yakni gaya komunikasi yang menunjukan orang tersebut senang mengambil atau bahkan menjilat orang lain.
  3. Tukang Menyalahkan : yakni orang yang suka mencari –cari kesalahan orang lain.
  4. Komputer : yakni orang yang merasa dirinya benar-benar lemah batinya, orang ini akan menutupibkelemahanya itu dengan menjadi orang yang begitu rasional.
4 Gaya yang di kemukakan Caron B. Goode seperti berikut :

  1. Gaya behavior : Komunikan yang memiliki gaya behavior lebih menyenangi kebebasab ekspresi diri.
  2. Gaya kognitif : Orang seperti ini membutuhkan pengakuan dan pemahaman. Pemahaman mereka orang yang berpikir serius.
  3. Gaya Interpersonal : Orang yang seperti ini membutuhkan apresiasi . dalam komunikasi orang seperti ini sangat menuntut kejujuran.
  4. Gaya Afektif : Orang seperti ini dinamakan juga sebagai seorang yang visioner atau bahkan disebut juga pemimpi.

Strategi dan Taktik Dalam Komunikasi AntarPribadi

       Strategi adalah metode atau rencana untuk mencapai tujuan. Strategi komunikasi pada dasarnya merupakan metode atau rencana komunikasi kita. Stategi ini merupakan paduan antara ilmu dan seni. Startegi ini kemudian dijabarkan kedalam sejumlah taktik. Taktik bisa kita maknai sebagai tindakan yang merupakan bagian dari strategi untuk mencapai tujuan.
       Strategi komunikasi juga akan banyak menunjukan ditentukan oleh tujuan komunikasi. Tujuan tersebut dapat rinci menjadi :
  1. Memperoleh informasi
  2. Memberi informasi
  3. Membujuk
  4. Memecahkan masalah
  5. Konsultasi, dan
  6. Mendengarkan keluhan.
       Tips berkomunikasi yang disampaikan oleh Faliklowski. Tips tersebut bisa kita anggap sebagai taktik dalam berkomunikasi untuk mencapai tujuan komunikasi yang sudah ditentukan sebelumnya:
1. Tips untuk orang introvret dalam komunikasi dengan ekstrovert
  • Berlatih untuk melakukan percakapan nonproduktif
  • Tampil penuh gairah dan semangat
  • Jadi orang ekspresif
  • Berlatih untuk memulai kontak
  • Mau memberikan umpan balik
  • Mengubah komunikasi nonverbal yang menunjukan keadaan santai dan terbuka.
2. Tips untuk orang eksrtovert dalam berkomunikasi dengan introvert
  • Hormati privasi lawan komunikasi sehingga tidak menunjukan pemaksaan pada mereka.
  • Menyediakan waktu untuk mendengarkan orang lain.
  • Menumbuhkembangkan kepercayaan misalnya dengan menjaga rahasia
  • Jangan bersuara dengan nada tinggi
  • Jangan memberi penilaian
3. Tips untuk orang yang indrawi dalam berkomunikasi dengan orang intuitif
  • Jangan terlalu menggeneralisasikan atau main mutlak-mutlakan karena pengalaman pribadi tak menjadi kebenaran fakta yang bisa saja tidak lengkap
  • Sediakan waktu untuk mempertimbangkan adanya berbagai peluang atau ketidakmungkinkan
  • Luas perspektif
  • Carilah makna dan relasi
  • Tentukan cara baru untuk mengungkapkan informasi
4. Tips untuk orang intuitif komunikasi dengan orang indrawi
  • Fokuslah pada apa yang terjadi sekarang dan disini
  • Dasari gagasan dengan informasi faktual
  • Jadilah orang berkomunikasi secara langsung dan terbuka, hindari penggunaan metafora
  • Tampilah dengan lebih banyak menggunakan pemikiran
  • Hormatilah metode-metode tradisional
Sumber : Buku Komunikasi AntarPribadi Universitas Terbuka



Catatan Kuliah : Analisis Komunikasi AntarPribadi

SUASANA KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

       Menurut teori Fundamental Intepersonal Relationsip Orientation (FARO), Alasan manusia menjalin relasi antarpribadi adalah untuk memenuhi tiga kebutuhan antarpribadi, yakni kebutuhan inklus, kontrol, dan kasih sayang. Oleh karena kebutuhan-kebutuhan itulah maka manusia menjalin komunikasi antarpribadi dan ralasi antarpribadi dengan sesamanya.

  • Berkomunikasi antarpribadi dalam situasi konflik, darurat, dan intim. Dalam kecerdasan jamak (multiple intellegence) satu diantaranya ada yang disebut kecerdasan antarpribadi (interpersonal intellegence) yang kecerdasan yang membuat orang bisa memahami orang lain. Orang seperti ini memiliki kemampuan menjalin relasi dan bekerja sama dengan orang lain.
  • Berkomunikasi antarpribadi dalam situasi konflik, darurat, dan intim. Dalam kecerdasan jamak (multiple intellegence) satu diantaranya ada yang disebut kecerdasan antarpribadi (interpersonal intellegence) yang kecerdasan yang membuat orang bisa memahami orang lain. Orang seperti ini memiliki kemampuan menjalin relasi dan bekerja sama dengan orang lain.
  • Berkomunikasi antarpribadi dalam situasi konflik, darurat, dan intim. Dalam kecerdasan jamak (multiple intellegence)  satu diantaranya ada yang disebut kecerdasan antarpribadi (interpersonal intellegence) yang kecerdasan yang membuat orang bisa memahami orang lain. Orang seperti ini memiliki kemampuan menjalin relasi dan bekerja sama dengan orang lain.
A. Konflik
        Menurut Hocker dan Wilmot (1985;20) konflik di ekspresikan dalam proses komunikasi melalui isi dan relasi. Hocker dan Willmot(1985;39) menyajikan beberapa asusimsi yang berkaitan dengan gaya konflik yang dikembangkan individu. Asumsi – asumsi tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Manusia mengembangkan respon- respon terpola terhadap konflik.
  2. Manusia mengembangkan gaya konflik untuk alasan-alasan yang bisa diterima oleh dirinya sendiri.
  3. Tidak ada satu gaya konflik pun yang dengan sendirinya lebih baik dibandinmg dengan gaya yang lain.
  4. Gaya manusia terus berubah guna menyesuiakan dengan tuntutan- tuntutan  situasi baru.
B. Darurat
        Thmaslisan , 1997. Metode ini melihat, pada setiap orang yang terlibat relasi antarpribadi, ada tiga tingkatan pengalaman atau persepsi di namakan dengan istilah perspektif yaitu:

  1. Perspektif langsung, adalah pandangan individu terhadap perilaku, objek, pribadi,peristiwa, kegiatan atau apapun uang bisa dilihat dan ditafsirkan dalam dunia keseharian.
  2. Meta perspektif, apa yang kita bayangkan dengan apa yang kita pikirkan atau kita rasakan orang lain.
  3. Meta - meta perspektif, adalah merupakan upaya kita untuk menentukan pengalaman atau persektif orang lain pada diri kita.
Ketiga tingkatan itu menunjukan adanya lapisan perseptual  pada manusia.

PRAKTIK KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM HIDUP KESEHARIAN

Asumsi-asumsi tentang orang lain ini mencakup berikut

  1. Tindakan dan komunikasi orang lain bermakna bagi mereka sendiri meski kita tidak mengetahui apa maknanya,
  2. Kita berkomunikasi untuk meningkatkan kontrol kita atas perilaku diri sendiri dan orang lain.
  3. Dengan mengabaikan semua kandungan satu pesan, semua tindak komunikasi adalah signifikan lantaran memilki pengaruh yang positif dan negatif terhadap citra diri baik komunikator maupun komunikasi.
  4. Semua orang memiliki kebutuhan psikologis dan biologis yang sama, namun persepsinya terhadap apa yang bisa memenuhi kebutuhan itu beragam karena alesan-alesan kultural dan individual.
  5. Bagi semua orang, pemuasan berbagai kebutuhan kita untuk jangka panjang, mengharuskan orang mesti bekerja sama dan berkomunikasi dengan orang lain.
A. Latar Sosial
        Relasi antarpribadi yang dikembangkan merupakan relasi komunal. Kegiatan komunikasi antarpribadi tersebut di lakukan mulai dari persahabatan, hubungan antara sepasang kekasih hingga relasi dalam lembaga perkawinan. Sesuai dengan watak relasi antarpribadi yang berupa persahabatan, berpacaran atau perkawinan tidak selamanya berada dalam situasi yang intim karena adakalanya juga terjadi konflik di antara pihak-pihak yang menjalin relasi tersebut. Disamping komunikasi masa, pengalaman komunikasi terbesar manusia lainya adalah komunikasi diadik ini. Melalui komunikasi diadik, masing-masing membuka dirinya sendiri (self-disclosure) dan masing-masing berusaha memahami lebih mendalam lawan komunikasinya.

B. Latar Bisnis

        Relasi antarpribadi yang sehat dan iklim komunikasi yang terbuka itu akan membuat para staf dan karyawan merasa :

  1. Sumbangan pemikiran dan gagasanya diberi penghargaan dan pengakuan.
  2. Keluhan yang disampaikanya akan ditangani dengan serius, dikaji, dan bahkan diselesaikan dengan cara yang memuaskan.
  3. Orang yang posisinya tetinggi di dalam hierarki organisasi memandang tidak akan memanipulasi arus komunikasi untuk mengontrol staf dan karyawan.
  4. Orang yang posisinya tertinggi didalam hierarki organisasi memandang staff dan karyawan sebagai manusia yang kebutuhan dan aspirasinya jauh lebih tinggi dibandingakn fungsi-fungsi organisasionalnya.
        Manusia tidak dipandang sebagai alat produksi melainkan merupakan manusia yang memiliki kebutuhan dan aspirasi yang apabila diperhatikan akan mampu meningkatkan produktifitas organisasi tersebut.

Sumber: Buku Komunikasi AntarPribadi Universitas Terbuka



Catatan Kuliah : Teori - Teori Komunikasi AntarPribadi


Teori - Teori Komunikasi AntarPribadi
        Dalam ilmu komunikasi setidaknya kita bisa bertemu dengan 2 (dua) pendekatan teoritik. Pertama , teori objektif dan kedua teori interpretif. Dalam teori objektif, teori berfungsi menjelaskan masa  lalu dan masa kini serta mempraktikan masa depan. Oleh karena itu, satu teori dianggap baik apabila teori tersebut sederhana (simplicity), bisa diuji (testability), dan berguna (usefulness).

A. APREHENSI KOMUNIKASI

        Ada yang menyatakan bahwa aprehensi komunikasi merupakan kondisi kognitif seseorang yang mengetahui bahwa dirinya saat berkomunikasi dengan orang lain karena kekhawatiran dan ketakutannya, tak memiliki pikiran apapun dalam benaknya dan juga tidak memahami sebab akibat sosial sehingga menjadi orang yang “mati rasa”. Ada juga yang menyebutkan bahwa aprehensi komunikasi itu terjadi manakala individu memandang pengalaman komunikasinya itu tidak menyenangkan dan merasa takut berkomunikasi. Teori aprehensi komunikasi juga banyak dipergunakan untuk menjelaskan situasi komunikasi kelompok. Namun, banyak ilmuan komunikasi yang menggunakan teori ini juga untuk menjelaskan komunikasi antarpribadi atau menggunakanya dalam latar atau konteks komunikasi antarpribadi.

       " McCroskey sendiri menyatakan bahwa aprehensi komunikasi     itu muncul pada manusia karena pengaruh suasana komunikasi di rumahnya. Dinyatakan bahwa factor-faktor lingkungan rumah, seperti jumlah percakapan dengan anggota keluarga dan gaya interaksi anak-orang tua akan mempengaruhi perilaku komunikasi anak. Ini menunjukan bahwa lingkungan keluarga menjadi penentu penting ada tidaknya "
Penyebab aprehensi komunikasi itu ada yang mengelompokan menjadi 3 (tiga) kategori sebagai berikut :

  1. Aktivitas berlebihan. Hal ini menunjukan bahwa secara psikologis kita terlalu aktif sebelum kegiatannya sendiri dilakukan.
  2. Pemprosesan kognitif yang tidak tepat. Hal ini untuk menunjukan rasa tidak nyaman dalam menghadapi kegiatan komunikasi. Oleh karena itu, penyebab aprehensi komunikasi ini dipandang terkait dengan bagaimana kita berpikir tentang komunikasi dan bagaimana proses komunikasi itu dipandang menakutkan.
  3. Keterampilan komunikasi  yang tak memadai. Ini untuk menunjukan bahwa kita tak tahu bagaimana berkomunikasi secara efektif. Jika kita merasa tidak terampil berkomunikasi maka dengan sendirinya kita pun akan memandang kegiatan komunikasi merupakan kegiatan yang menegangkan.


B. SELF-DISCLOSURE
        Self disclosure merupakan kajian komunikasi dari perspektif internasional. Sesuai dengan istilah untuk menyebut perspektif ini maka perhatian utama dalam tindak komunikasi adalah aspek interaksi. Dalam interaksi tersebut terlibat indikator-indikator sebagai individu – sosial. Yakni individu yang mengembangkan segenap potensi kemanusian melalui interaksi sosial(fister:1986:243). Pada self-disclosure orang membuka diri dan menyatakan informasi tentang dirinya pada lawan komunikasinya. Bahkan informasi yang di ungkapkan pun bukan informasi yang biasa-biasa saja melainkan informasi yang mendalam tentang dirinya.

C. TEORI PENETRASI SOSIAL
        Teori ini pada intinya menyatakan bahwa kedekatan antarpribadi itu berlangsung secara bertahap (gradual) dan berurutan yang di mulai  dari tahap biasa-biasa saja hingga tahap intim sebagai salah satu fungsi dari dampak saat ini maupun dampak masa depannya.
        Dalam teori ini dinyatakan bahwa relasi akan menjadi semakin intim apabila disclosure berlangsung artinya, orang-orang yang menjalin komunikasi antarpribadi masing-masing melakukan, self-disclosure. Pada dasarnya, konsep penetrasi sosial menjelaskan bagaimana kedekatan relasi itu berkembang, gagal untuk berkembang atau berhenti. Konsep ini berusaha untuk menjelaskan bagaimana proses seperti itu bisa terjadi.

D. TEORI PENGURANGAN KETIDAK PASTIAN
        Teori ini menjelaskan, hal tersebut dilakukan manusia guna mengurangi ketidakpastian atau meningkatkan prediktabilitas perilaku masing-masing dalam interaksi yang akan mereka kembangkan.
Menggali pengetahuan berupa memahami itulah yang merupakan perhatian utama kita saat bertemu dengan seseorang  yang belum kita kenal. Oleh karena itu, kita akan berusaha mengetahui dan memahami siapa orang tersebut.

        Teori pengurangan ketidakpastian ini mengungkap beberapa aksioma, yang berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia dalam menjalin relasi antarpribadi.
Aksioma tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Komunikasi verbal : mengahdapi tingginya ketidakpastian pada awal       perjumpaan dengan orang yang tidak dikenal.
  2. Kehangatan non verbal :begitu terjadi peningkatan ekspresi nonverbal maka derajat ketidakpastian akan berkurang pada situasi awal interaksi.
  3. Pencarian informasi : tingginya derajat ketidak pastian akan meningkatkam prilaku informasi
  4. Self-disclosure: tingginya ketidakpastian dalam 1 relasi akan menurunkan derajat intim dalam komunikasi
  5. Timbal balik: tingginya ketidakpastian menghasilkan tingginya tinkat timbal balik.



E. TEORI DIALEKTIKA RELASIONAL
       Relasi antarpribadi itu tidak statis atau menurut teori dialektika relational, bersifat cair. Orang-orang yang menjalin relasi dan berkomunikasi antarpribadi pada batinya mengalami apa yang dinamakan tarikan konfli. Tarikan konflik itulah yang menyebabkan relasi menjadi selalu berada dalam kondisi cair, yang di kenal sebagai ketegangan dialektis. Antara harmonis dan konflik atau antara akrab dan musuhan.

F. TEORI PENILAIAN SOSIAL
       Dalam melakukan penilaian terhadap pesan yang diterima, orang bisa melakukan dua hal, pertama mengkontraskan dan kedua mengasimilasikan. Kontras merupakan distorsi perseptual yang membawa pada polarisasi ide. Sedangkan asimilasi menunjukan kekeliruan penilaian yang bertentangan.Ini terjadi apabila pesan yang disampaikan diterima dalam sikap pendengarnya pada wilayah penerimaan. Teori penilaian sosial melihat pengaruh komunikasi antarpribadi melalui bagaimana individu di pengaruhi oleh kelompok acuannya, yakni kelompok yang digunakan untuk merumuskan identitas individu tersebut, menurut teori ini maka sikap kita dipetakan dalam 1 kontinum, menurut teori ini maka sikap kita tidak bisa berada dalam 1 wilayah tertentu yang dinamakan latitude.
       Ada tiga hal yang dikemukaakan “Teori Penilaain Sosial” ini yang sudah di uji melalui eksperimen yang bisa di pergunakan untuk mengkaji pengaruh komunikasi antarpribadi.
Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Pembicaraan yang memiliki kredibilitas tinggi akan mampu menyampaikan pesan yang masuk ke dalam wilayah penerimaan pendengarnya.
  2. Ambiguitas seringkali lebih baik dibandingkan dengan kejelasan.
  3. Ada orang yang sangat dogmatis dalam setiap permasalahan. Oleh karena itu, wilayah penolaknya besar.
       Teori ini menyatakan makin besar perbedaan antara pendapat pembicara dan pandangan pendengaranya maka akan makin besar juga perubahan sikapnya, sejauh pesan tersebut berada dalam wilayah penerimaannya. Selain itu keterlibatan ego yang tinggi menunjukan luasnya wilayah penolakan.

Sumber : Buku Komunikasi AntarPribadi Universitas Terbuka

Catatan Kuliah : Relasi Manusia dan Komunikasi Antarpribadi


What is Relationship ? (Apa itu Relasi?)
(Sarah Trenholm : 2000)

1. Constellation of behaviors
    Relasi setara dengan tindakan yang saling tergantung antara 2 orang. Relasi adalah semua hal tentang apa yang dipikirkan oleh 2 orang manakala melakukan hal bersama-sama.

2. Cognitive Constructs
    Relasi sebagai suatu konstruksi kognitif di dalam pikiran kita manakala kita memikirkan satu sama lain. Relasi adalah cara kita memikirkan perilaku kita.

3. Mini-culture
    Relasi bukan sebagai pandangan individu, melainkan pemahaman bersama. Ketika 2 orang melakukan hubungan antar pribadi, mereka menciptakan kultur kecil-kecilan, mengembangkan persepsi bersama dan peran masing-masing.

4. Collections of Contradictory forces
    Relasi sebagai sekumpulan kekuatan yang saling berlawanan. Relasi adalah suatu dialog antar 2orang yang saling mempunyai perbedaan pandangan, masing2 pernyataan sebagai ungkapan hati, tetapi kenyataannya saling berbeda.

Creating an Effective Helping Relationship
(Bradford W Sheafor & Charles R Horejsi : 2003)
Apologi : penerapan metode dan teknik dalam praktek pertolongan sangatdibutuhkan, tetapi tanpa adanya relasi yang positif antara pekerjasosial dengan klien, perubahan pada diri klien tidak akan terjadi

Beberapa kondisi dasar dalam relasi pertolongan :
1. Empathy ;
menunjuk pada kemampuan pekerja sosial untuk memahamidengan tepat perasaan dan pengalaman subjektif yang dialami klien
• Mendengarkan secara aktif apa yang dikatakan klien, merupakanteknik untuk memunculkan empati terhadap klien
2. Positive Regard ;
Keyakinan bahwa klien adalah orang yang berhargadan memperlakukan mereka secara hormat, dengan mengabaikan ;penampilan mereka, perilaku, keadaan hidupnya atau memberikanalasan mengapa mereka menjadi klien.
Positive regard
diperlukanbagi pekerja sosial untuk menangkis kecenderungan memberikanpenilaian bahwa klien adalah orang yang telah berbuat kesalahan.
3. Personal Warmth ;
pekerja sosial harus menampilkan diri sebagaipribadi yang ramah/hangat
4. Genuineness ;
Pekerja sosial harus memperlihatkan keaslian yangmuncul secara spontan (tidak dibuat-buat), dan tidak bersikapbertahan, apa yang dikatakan harus sesuai dengan apa yangdilakukan, berbicara benar-benar keluar dari hati.
Guna mendemontrasikan perasaan
empathy, positive regard, personal warmth, dan genuine, maka beberapa hal penting bagi pekerja sosialdalam menciptakan relasi pertolongan yang efektif, juga harus :

  • Concreteness; mampu berkomunikasi dengan menyampaikangagasan dan pemikiran yang jelas dan spesifik 
  • Competence; berkompeten dalam melaksanakan tugas dan aktivitasprofesional 
  • Objectivity ; tidak biss dan mampu menghargai adanya pandanganyang berbeda


Core Communication and Relationship Skills
(Karent K Ashman & Grafton H Hull,Jr : 1993)
Beginning the Social Worker/Client Relationship
1. Verbal and nonverbal behavior (perilaku verbal dan nonverbal)
2. Eye contact (kontak mata)
3. Attentive listening (mendengarkan dg penuh perhatian)
4. Facial expression (ekspresi wajah)
5. Body positioning (posisi tubuh)
6. Warmth, Empathy, and Genuineness (ramah, empati, keaslian)
7. Gestures of greeting (jabat tangan)
8. Personal space (ruang personal)
9. Arm and hand movements (gerak lengan dan tangan)
10. Tone of voice (nada suara)
11. Dress and appearance (pakaian dan penampilan)

Catatan Kuliah : Etika dalam Komunikasi Antarpribadi


        Banyak peristiwa dalam kehidupan kita yang tidak kita sadari memiliki konsekuensi etis. Dengan mengingat manusia sebagai mahluk sosial yang denan sendirinya pasti membutuhkan orang lain dalam hidupnya, membuat manusia akan selalu berhubungan dengan orang lain, salah satu “jembatan” yang menghubungkan manusia sebagai individu dengan manusia-manusia lain dan dunia luar adalah komunikasi.
        Melalui komunikasi itulah manusia menyatakn dirinya, menyimak orang lain atau memahami berbagai keadaan lingkungannya. Oleh karena itu, komunikasi menjadi ciri penting manusia. Kemampuan berkomunikasi itu pulalah yang membedakan manusia dengan mahluk-mahluk lain yang ada di muka bumi ini.
Dunia bersama ini bisa memiliki dua makna

  1. Secara objective, dunia bersama itu adalah dunia yang kita tinggali ini. Kita dan orang-orang Peru tinggal di dunia yang sama, namun antara kita dan orang-orang Peru  itu tidak ada pertemuan yang melahirkan hidup bersama
  2. Secara subyektif, dunia bersama itu mengandung makna hidup bersama, misalnya orang-orang yang bertemu berdiskusi membahas latihan-latihan soal didalam satu kelompok belajar merupakan dunia bersama.

        Hidup besama tentunya akan membutuhkan etika. Secara sederhana, etika berkaitan dengan apa yang baik dan apa yang buruk atau apa yang patut dan yang tidak patut. Membantu orang lain merupakan pekerjaan yang baik. Mencelakakan orang lain merupakan pekerjaan yang buruk.
        Dalam pergaulan hidup manusia manapun pastilah ada norma-norma yang pesti ditaati. Norma itulah yang mengajar apa yang baik dan apa yang buruk atau apa yang patut dan tidak patut dilakukan oleh manusia. Sedangkan etika lebih banyak berkaitan dengan “teori nilai”, yakni menjelaskan  mengapa sesuait itu baik atau buruk.
        Aturan main tersebut bisa berbentuk adat istiadat. Bisa juga berupa tata krama dan tata cara. Etika praktis seperti itu sering diistilahkan sebagai etiket, yang sebenarnya lebih berkaitan dengan tata krama dan tata cara.

A. Isu – isu Etis Dalam Komunikasi
Berbohong merupakan salah satu isu pokok dalam etika komunikasi manusia, seperti yang dikemukakan Tubbs dan Moss, mendefinisikan kebohongan sebgai “suatu pesan yang sengaja menipu atau menyesatkan lewan komunikasi verbal. Dengan niat seperti itu maka bisa saja ada bagian-bagian informasi yang disembunyikan atau sengaja di hilangkan atau bisa juga menyajikan informasi palsu seolah-olah sebgai informasi yang benar.
Dalam relasi manusia, prasangka baik merupakan salah satu sendi yang menjaga berlangsung hidup bersama. Dengan berprasangka baik maka bisa dijalin relasi yang saling menghormati. Bukan relasi yang saling mencurigai atau bermusuhan.

B. Cara dan Tujuan
Jika kita dihadapkan pada pilihan menyimpan rahasia teman yang kita ketahui pecandu narkoba dengan alasan menjaga janji untuk tidak menyatakan pada siapapu atau menyampaikannya pada orang tua teman kita itu demi menjaga teman ktia itu maka prinsip jalan tengah kita bisa gunakan. Kita akan menyampaikan informasi tersebut dengan menyatakan pada orang tua teman kita bahwa jangan disebutkan informasinya dari kita melainkan dari hasil pengamatan orang tua kita sendiri.

Wednesday, May 2, 2012

Catatan Kuliah : Konsep Diri dan Komunikasi Antarpribadi

KONSEP DIRI
  Konsep diri pada dasarnya merupakan persepsi atas diri kita. Dalam mempersepsi diri itu, kita menempatkan diri kita sebagai subjek yang menanggapi diri sendiri sekaligus sebagai objek yang ditanggapi. Ringkasnya, saat kita mempersepsi diri sendiri, kita memandang diri kita sebagai subjek sekaligus objek. Dengan melihat pada diri kita sendiri itulah maka kita akan sampai pada kesimpulan dan penilain pribadi terhadap diri kita sendiri.
  Dalam konsep diri ini, kita bisa membayangkan bagaimana kita bercermin untuk mengetahui siapa sesunguhnya diri kita. Menurut Rakhmat (1985:124) menjelaskan proses bercermin diri itu melalui tahapan-tahapan berikut ini. Pertama, kita membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain. Kedua, kita membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita. Ketiga, kita mengalami rasa bangga atau kecewa pada diri kita sendiri.
  Debes merumuskan konsep diri dengan mengutif Devito, ”merupakan gambaran siapa diri kita sebenarnya.” Menurut Debes, konsep diri juga dinyatakan sebagai keseluruhan gambaran tentang diri kita. Maksud keseluruhan gambaran disini mencakup diri psikologis, diri fisik, diri spiritual, diri sosial, dan diri intelektual.
  Sedangkan William D. Brooks (dalam Rakhmat, 1998:125) menyebut konsep diri sebagai ”persepsi-persepsi fisik, sosial, dan psikologis atas diri kita sendiri yang bersumber dari pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain”. Berdasarkan definisi dari Brooks tersebut, kita bisa menguraikannya sebagai berikut.
  1. Persepsi fisik, yang berkaitan dengan bagaiman akita mempersepsi diri kita secara fisik. Apakah kita ini termasuk orang yang tampan/cantik, biasa-biasa saja atau jelek? Apakah badan kita terlihat gagah atau tidak menarik?
  2. Persepsi sosial, yang berkaitan dengan bagaimana orang lain tentang diri kita. Apakah ini termasuk orang yang mudah bergaul, cenderung menyendiri, disukai orang lain atau orang yang ingin menang sendiri.
  3. Persepsi psikologis, yang berkaitan dengan apa yang ada pada ”dalam” diri kita. Apakah saya ini orang yang keras pendirian atau keras kepala? Apakah saya termsuk orang yang bahagia karena apa saya bahagia?
  4. Pengalaman, yang terkait dengan sejarah hidup kita. Sejak mulai kita dilahirkan hingga usia saat ini tentu mengalami berbagai hal yang berpengaruh pada diri kita. Misalnya, kita menjadi keras kepala karena sering diperlakukan sebagai anak yang berada pada pihak yang salah.
  5. Interaksi dengan orang lain, yang terkait bagaimana interaksi dengan orang lain akhirnya membentuk persepsi psikologis bahwa dirinya termasuk orang yang tidak bisa bekerja.

PERSEPSI
  Rakhmat (1985:64) merumuskan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga membuat kita bisa mendapatkan makna dari stimuli indrawi kita. Misalnya, kita memperoleh informasi melalui indera peraba kita bahwa air minum yang ada digelas itu panas, meminumnya lebih dulu. Kita memiliki persepsi, meminum air panas itu tidak nyaman pada lidah kita.
  Persepsi itu dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor-faktor personal dan situasional serta fungsional dan struktural. Disamping ada faktor lain yang juga menentukan persepsi, yakni perhatian (attention). Perhatian, tulis Rakhmat 1985:64) yang mengutip Kenneth E. Anderson adalah proses mental ketika stimuli atau rangkain stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian itu akan ditentukan oleh faktor situasional dan personal.
  Secara ringkas, bagai proses mempersepsi yang dipengaruhi berbagai faktor tersebut dapat dilihat pada Gambar berikut.

Filter Unik Persepsi Individu
Gambar tersebut menjelaskan aspek lain dari persepsi, yakni adanya saringan atau filter yang unik bagi setiap individu. Disebut unik karena yang menjadi menyaring persepsi kita itu berbeda-beda untuk tiap individu. Filter tersebut ditentukan, antara lain oleh sikap, pengetahuan, nilai-nilai, keyakinan, ekspektasi, bahasa dan pendidikan. Misalnya, ada dua individu yang berbeda tingkat pendidikan, ekspetasi, dan sikap membaca berita-berita kriminalitas dikoran. Persepsi mereka atas dunia, tentunya akan berbeda. Individu yang satu memandang dunia menjadi semakin tidak aman. Sehingga kriminalitas terjadi di mana-mana. Individu yang satu lagi mempersepsi apa yang tampil di koran itu tidak mencerminkan keadaan, melainkan hanya melaporkan peristiwa yang dipandang akan menarik perhatian pembaca.

KONSEP DIRI DAN KOMUNIKASI
                Dalam komunikasi antarpribadi kita menemukan keunikan. Dalam komunikasi antarpribadi ada hal-hal yang – sebutlah bersifat otonom dan berbeda dari bentuk-bentuk komunikasi yang lain. Dalam komunikasi antarpribadi juga terjadi interaksi sehingga komunikasinya tidak bersifat statis melainkanmerupakan kegiatan yang aktif dan terpadu di antara manusia. Dengan sendirinya, konsep diri orang yang berkomunikasi menjadi sangat penting dan berpengaruh terhadap berlangsungnya komunikasi yang dinamis itu.

Self-Disclosure dalam Komunikasi Antarpribadi
                Tubbs dan Moss (2000:12) mendefinisikan sebagai ”membeberkan informasi tentang diri kita”. Joseph A. Devito (1986) menyebut self-disclosure sebagai suatu bentuk komunikasi dimana informasi tentang diri kita yang biasanya disimpan atau disembunyikan, dikomunikasikan pada orang lain”. Sedangkan Fisher (1986:261) mendefinisikan self-disclosure  sebagai ”penyingkapan informasi tentang diri yang ada pada saat lain tidak dapat diketahui oleh pihak lain”. Sedangkan informasi yang diungkapkan pada umumnya merupakan informasi yang sangat mempribadi. Dengan demikian, melalui self-disclosure ini kita ungkapkan atau menyatakan diri kita terhadap lawan komunikasi kita.
                Dalam prosesnya, self-disclosure ini bersifat timbal balik (Griffin, 2003:135). Artinya, keterbukaan kita akan diimbangi juga oleh keterbukaan lawan komunikasi kita atau sebaliknya. Hal seperti ini berlangsung terutama pada awal relasi di antara dua manusia. Berdasarkan pandangan ini maka self-disclosure tidak akan terjadi apabila salah satu pihak yang terlibat dalam komunikasi menunjukan ketertutupan dirinya. Dengan demikian, apabila kita ingin melangsungkan komunikasi antarpribadi yang mengembangkan relasi pribadi yang baik maka diperlukan self-disclosure dari kedua belah pihak. Oleh karena itu, Tubbs dan Moss (2000:13) menyatakan bahwa self-disclosure merupakan bagian integral dari komunikasi diantara dua orang sekaligus menjadi ciri dari komunikasi antarpribadi.