Wednesday, November 23, 2011

Catatan Kuliah : Perilaku Sosial dan Faktor yang Mempengaruhinya


Perilaku manusia 


Sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adatsikapemosinilaietikakekuasaanpersuasi, dan/ataugenetika.
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatutindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.

 Sumber : WIKIPEDIA

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia

McDougall menekankan pentingnya faktor personal dalam menentukan interaksi sosial dalam membentuk perilaku individu. Menurutnya, faktor-faktor personallah yang menentukan perilaku manusia.

Menurut Edward E. Sampson, terdapat perspektf yang berpusat pada persona dan perspektif yang berpusat pada situasi. Perspektif yang berpusat pada persona mempertanyakan faktor-faktor internal apakah, baik berupa instik, motif, kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia. Secara garis besar terdapat dua faktor.
Faktor Biologis
Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia.

Faktor Sosiopsikologis
Kita dapat mengkalsifikasikannya ke dalam tiga komponen. 
1. Komponen Afektif
merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya. 
2. Komponen Kognitif
Aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.
3. Komponen Konatif
Aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak

sumber : http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/03/faktor-personal-yang-mempengaruhi.html

Catatan Kuliah : Pengaruh Sosial dan Perilaku Kelompok


PENGARUH SOSIAL


                                Pengaruh sosial merujuk pada perubahan sikap atau perilaku, sebagai hasil dari interaksi dengan orang lain. Pengaruh sosial juga berpengaruh pada perilaku komunikasi, baik secara individual maupun komunikasi dalam kelompok. Seberapa jauh dan mendalamnya pengaruh sosial terhadap sikap, perilaku dan komunikasi. Berikut pembahasannya.

A.  TINGKATAN PENGARUH SOSIAL
Terdapat perbedaan tingkat penerimaan pengaruh sosial pada individu dalam hal ini terdapat dua kemungkinan, Anda mungkin akan menerima sepenuhnya pengaruh pengaruh orang lain tersebut (acceptance) atau Anda hanya melakukan perubahan secara parsial (hanya untuk memenuhi), tidak menerima pengaruh tersebut secara utuh (compliance).
1.  Acceptance(Penerimaan)
Perubahan yang terjadi di dalam batin kita sebagai hasil dari pengaruh sosial disebut dengan peneriaan (acceptance). Jika seseorang atau sebuah kelompok meyakinkan Anda untuk mempercayai dan juga bertindak seperti yang diinginkan maka perubahan yang Anda lakukan berdasarkan proses yang terjadi di dalam batin. Berikut merupakan bentuk – bentuk dari acceptance.
a.    Indentification (Identifikasi)
Kita mungkin menerima pengaruh karena kita mengindentifikasi atau memihak sebuah kelompok, individu atau karena alasan tertentu. Identifikasi membantu mempertahankan hubungan personal antara mereka yang terlibat. Pada bentuk penerimaan ini, isi dari perubahan keyakinan dan perilaku bukanlah suatu hal yang penting jika dibandingkan dengan hasilnya. Contoh, Anda memihak suatu lembaga sosial dan meenrima aturan – aturan yang ada pada lembaga tersebut meskipun Anda belum mengetahui aturan – aturan itu secar menyeluruh.


b.    Internalization (internalisasi)
Bentuk penerimaan yang paling dalam adalah ketika seseorang merasa yakin untuk mempercayai perubahan sikap. Pada kasus ini, seseorang telah terinternalisasi dengan keyakinan baru, menerima makna dan bentuk sosial. Misalnya, Anda bergabung dengan sebuah lembaga sosial karena Anda sepakat dengan standar yang berlaku di dalamnya (internalisasi), bukan karena Anda merasa anggota lembaga tersebut sama dengan Anda (identifikasi).
2.  Compliance
Pada beberapa hal, pengaruh sosial tidak begitu berdampak bagi seseorang, dan juga tidak dapat seutuhnya mengubah sikap. Ketika Anda mengubah perilaku atau ekspresi dari sebuah sikap, tetapi tidak menerima perubahan tersebut secara utuh maka inilah yang disebut dengan compliance. Kita bisa mendapatkan contoh – contoh dari complianceini melalui pengamatan terhadap orang lain, Oleh karena alasan inilah, para peneliti lebih membahas mengenai efek compliance; compliance mengubah perilaku, dapat diamati, dan diukur, dengan studi – studi yang sudah ada, sedangkan acceptance hanya dapat diketahui melalui self – report secara jujur.
Bentuk – bentuk compliance adalah sebagai berikut:
a.    Conformity (Konformitas)
Bentuk compliance yang paling banyak di teliti adalah konformitas, yaitu berubahnya sikap atau perilaku yang disebabkan adanya tekanan dari kelompok (group pressure). Ada bebrapa kondisi dan proses yang dapat menghasilkan perubahan, yang akan dibahas pada bagian selanjutnya.
b.    Obedience (kepatuhan)
Bentuk yang paling menarik dari compliance adalah kepatuhan, di mana pengaruh individu terhadap perubahan perilaku individu lainnya adalah hasil permintaan secara langsung atua perintah.


B.  MENERIMA PENGARUH ORANG LAIN
Mengapa kita menuruti dan terkadang menerima pengaruh orang lain? Ada dua alasan atau standar yang dikemukakan para ahli.
1.  Pengaruh Normatif
Menurut teori pembandingan sosial, untuk memvalidasi atau mempertegas keyakina sosial kita, kita merundingkan atau mengonsultasikannya dengan perilaku orang lain. Jika pengamatan kita terhadap orang lain memberi suatu pedoman dalam berperilaku (norma) kita mungkin akan terpengaruh untuk meniru tindakan tersebut. Standar atau norma sosial yang didapat dari kepercayaan kita kepada orang lain akan mengarah pada pengaruh normatif.
2.  Pengaruh Informasional
Terkadang kita mengubah pikiran dan tindakan karena orang lain telah menunjukkan kita cara/jalan yang lebih baik atau mereka memberi informasi yang berguna. Pengaruh informasi ini tidak hanya menghasilkan compliance, tetapi juga acceptance.
C.  BENTUK – BENTUK PENGARUH SOSIAL
Ada tiga bentuk pengaruh sosial, yaitu (1) konformitas, (2) kepatuhan, dan (3) kekuasaan (power). Marilah kita bahas satu per satu.
1.  Konformitas
Tidaklah mengherankan jika kita hanya sekedar mengikuti pikiran dan tindakan teman – teman kita atau orang – orang yang kita kenal. Dari berbagai hubungan yang dimiliki, kita mendapat berbagai manfaat, termasuk standar atau norma untuk dapat menyesuaikan diri. Penelitian klasik telah menguji dampak dari kehidupan orang lain, baik orang asing ataupun teman, berdasarkan dua proses, yaitu pembentukan norma (norm formation) dan tekanan kelompok (group pressure).
Berikut marilah kita simak dua proses tersebut dan berkaitan dengan konformitas adalah faktor – faktor situasi yang mempengaruhi konformitas dan perbedaan individual yang mempengaruhi kelompok.
a.    Pembentukan Norma
Norma – norma adlah pedoman berperilaku, yang membentuk, dan mempengaruhi tindaka kita. Akan tetapi, norma juga merupakan hasil dari interaksi sosial, yaitu perilaku yang oleh banyak orang dikatakan sebagai populer, modern atau “normal”. Ini berarti norma dapat dan akan berubah, dan kita dengan individu lainnya harus terus saling mempelajari untuk menentukan norma apa yang ada dan bagaimana harus berperilaku.
Untuk memperjelas pemahaman tentang pembentukan norma ini, berikut dapat Anda pelajari.
1)    Pada tahun 1930-an Muzafer Sherif menguji kekuatan norma – norma yang diterima dalam mempengaruhi perilaku. Hasil penelitian Sherif menunjukkan bahwa meskipun tidak saling mengenal, orang menyandarkan persepsi orang lain untuk menentukan sebuah norma, lalu menyesuaikan penilaian yang dibuatnya sendiri dengan norma tersebut. Pembentukan norma dalam sebuah kelompok tidak hanya menghasilkan standar bagi perilaku pada saat itu, tetapi juga mempengaruhi penilaian individu untuk masa – masa berikutnya. Daya tahan norma sosial ini dapat menjelaskan tradisi yang tetap bertahan selama beberapa generasisesudah norma itu pertama kali terbentuk
2)   Penularan sosial (social Contagion)
Ketika norma terbentuk, norma menyebar luas dengan cepat, Bukankah kita sering heran bagaimana rumor dan lelucon dapat tersebar dengan cepat dari satu tempat ke tempat lainnya? Penelitian menyebutkan sejumlah peristiwa yang dapat memicu penularan sosial, yakni menyebarkan pola perilaku ke banyak orang sebagai hasil dari interaksi yang dilakukan. Contoh, pekerja pabrik yang tidak mendapat upah yang cukup dan tidak dalam keadaan sehat mungkin merasa mempunyai penyakit yang berbahaya (yang imajiner). Rekan kerja yang melihatnya kemudian merasa mendapat gejala yang sama. Penyakit yang imajiner ini, dam “gejala” yang lebih bersifat emosional adalah model atau acuan yang dicontoh oleh pekerja pabrik lainnya. Inilah yang dimaksud dengan “penularan”, sama seperti pekerja pabrik yang bersimpati dan merasa sama dengan rekannya yang dipecat.

b.    Tekanan Kelompok (Group pressure)
Kebanyakan sandi tentang conformity menemukan dampak dari kelompok terhadap individu. Terkadang kelompok itu hadir (anggota – anggotanya hadir secara fisik). Lain waktu mungkin kelompok tersebut imajiner, seperti ketika Anda menganggap bahwa penonton yang lain telah mengisi bangku – bangku yang ada. Penelitian yang paling berpengaruh dalam terhadap tekanan kelompok dilakukan oleh psikolog sosial Solomon Asch. Pada tahun 1940-an dan 1950-an. Asch meneliti pengaruh tekanan kelompok terhadap penilaian dan perilaku individu. Kemudian, penelitian tersebut juga menguji pengaruh tekanan dari kelompok imajiner. Studi Asch menyimpilkan meskipun berada diantara orang yang tidak dikenal, individu secara sosial tepengaruh  untuk melakukan konformitas dengan norma – norma, bahkan ketika subjek dapat melihat sendiri realitas yang ada.
Penelitian Asch kemudian dilanjutkan oleh Crutchfield. Penelitian Asch telah menegaskan bahwa keberadaan orang lain yang dapat terlihat secara fisik, menciptakn tekanan kelompok untuk conform. Sedangkan Crutchfield menemukan bahwa meskipun keberadaan orang lain itu bersifat tidak langsung, dan individu tidak berhadapan tatap muka dengan anggota kelompok, kecenderungan dalam perilaku kelompok menciptakan pengaruh untuk conform.
c.    Faktor –faktor situasi yang mempengaruhi konformitas
Penelitian yang dilakukan Asch dan lainnya menemukan beberapa faktor yang dapat menentukan konformitas, yaitu.
1)    Ukuran Kelompok
Peningkatan ukuran kelompok, dari tiga hingga lima orang, juga akan meningkatkan kecenderungan di antara para anggotanya untuk menyesuaikan diri.
2)   Kebulatan suara (Unanimity)
Kelompok yang sepakat mendatangkan penyesuaian yang lebih besar dari para anggota, dibandingkan kelompok yang tidak bulat suaranya. Kehadiran suatu hal berbeda atau menyimpang memudahkan anggota lain untuk tidak menyesuaikan diri. Dampak dari pemecahan penyesuaian ini bisa dilihat dari ketika hal yang menyimpang telah meyeruakan ketidaksepakatannya maka orang lain mendapatkan contoh dari ketidaksesuaian yang dapat diikuti.
3)   Kohesi Kelompok
Kohesi kelompok adalah loyalitas kelompok, yakni kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok.
4)   Komitmen Publik
Penyesuaian lebih tinggi terjadi dalam kelompok yang penilaian dan pilihannya dibuat dihadapan publik. Contoh, pada pemilihan kandidat yang dilakukan secara voting dengan cara menghitung jumlah tangan yang teracung, anggota kelompok akan merasa mendapat tekanan untuk menyesuaikan diri dengan opini oranglain. Ini berbeda ketika pemilihan dilakukan secara rahsia agar seseorang akan merasa lebih aman dan lebih bebas dari kecaman oranglain.
d.    Perbedaan individual yang mempengaruhi konformitas
Perbedaan yang dimilika masing – masing individu menyebabkan berbeda pula kecenderungan untuk menyesuaikan diri, faktor – faktor yang mempengaruhinya untuk menyesuaikan diri, antara lain:
1)    Status
Individu yang memiliki status yang lebih rendah cenderung mudah melakukan penyesuaian, dibandingkan individu dengan status tinggi. Orang yang berpenampilan baik dan menarik lebih mudah ditiru ketika mereka memberi contoh yang buruk. Orang – orang yang mempunyai pekerjaan dengan status rendah lebih mencari panduan pada atasan (superior).
2)   Gender
Meski banyak studi tentang konformitas tidak memperlihatkan adanya perbedaan gender, beberapa di antaranya mengatakan bahwa dalam kondisi tertentu, perempuan lebih konformis dari lelaki. Dampak dari gender ini mungkin hanyalah bentuk lain dari pengaruh status yang lebih diungkap sebelumnya.

3)   Kepribadian (personality traits)
Perbedaan kepribadian dalam perilaku sosial adalah hal yang menarik.Kecenderungan seseorang untuk menyesuaikan diri mungkin berkaitan dengan pola perilaku oranglain atau kecenderungan pribadi.

4)   Budaya
Perbedaan budaya dan bangsa menyebabkan perbedaan nilai – nilai dan tujuan. Sejumlah studi menunjukkan perbedaan budaya mempengaruhi konformitas.

2.  Kepatuhan
Dalam hal ini terdapat konsep experimental realism, yakni realitas terhadap pengalaman yang dapat mempengaruhi kepatuhan, dimana individu menafsirkan situasi yang sangat kuat, membuat kebanyakan individu sulit untuk melawan. Penelitian Milgram lebih lanjut mengidnetifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kemauan individu untuk patuh atau tidak.
a.    Sosok berwenang
b.    Dukungan kelompok

3.  Kekuasaan Sosial
Power didefinisikan sebagai kekuatan dari pemberi pengaruh yang menyebabkan perubahan sikap dan perilaku seseorang. Betram Raven dkk. Mengidenttifikasikan tipe power.
a.    Reward power (kekuasaan imbalan)
b.    Coercive power (kekuasaan hukuman)
c.    Legitimate power (kekuasaan legitimasi)
d.    Referent power (Kekuasaan rujukan)
e.    Expert power (kekuasaan ahli)
f.    Informatinal power (kekuasaan informasional)

D.  DAMPAK KEKUASAAN

Power tidakhanyaberdampakpadasasarandaripengaruhsosialtetapijugaberdampakpadasipemberipengaruh yang mempunyai power.

1.  Dampak yang tidak mempunyai kekuasaan/tidak nerdaya
Seseorang yang secara teratur di pengaruhi untuk berperilaku seperti yang diinginkan hanya menghasilkan compliance. Akan tetapi penelitian menyebutka bahwa progran ketaatan perilaku waktu demi waktu, dapat menghasilkan acceptance.
Pengaruh lain dari power terhadap powerless adalah sasaran dapat kehilangan rasa kemampuan dirinya. Ebanyakan peran sosial yang kita miliki membuat kita sekaligus menjadi pemberi pengaruh dan sasaran pengaruh dalam waktu bebeda.
2.  Dampak terhadap yang mempunyai kekuasaan
Power dapat meningkatkan untuk meningkatkan kesempatan dan menggunakan powernya untuk mengontrol dan merendahkan sasaran. Proses dan kecenderungan ini dapat menjadi suatu candu dan kebiasaan yang merusak.


PERILAKU KELOMPOK
                  
                   Dalam psikologi sosial, suatu kelompok terdiri dari kurang lebih dua orang ataualebih banyak yang berinteraksi, berkomunikasi, dan mempengaruhi satu sama lain selama beberapa waktu.
                   Untuk dapat membentuk suatu kelompok, sekelompok orang harus saling berbagi bukan hanya keadaan yang sama, tetapi juga persepsi dan tujuan.
                   Ada dua alasan umum mengapa orang bergabung dengan suatu kelompok, yaitu 1. Pencapaian tujuan dan 2. Pemuasan kebutuhan.
A.  KLASIFIKASI DAN PERAN KELOMPOK

1.  Peran Kelompok

a.    Identitas
Kepemilikan dalam kelompok adalah suatu bentuk kategorisasi sosial, yaitu kelompok menjadi satu aspek dari identitas sosial.
b.    Penyimpangan
Tujuan kelompok terkadang dapat mengesampingkan atau bertentangan dengan tujuan pribadi anggotanya.
c.    Dampak sosial
Sebuah kelompok akan lebih besar berpengaruh pad setiap anggotanya jika kuat, pengaruhnya dekat, mempunyai jumlah yang besar.



2.  Struktur dan Fungsi Kelompok
Menurut Robert Bales ada dua fungsi penting dari perilaku kelompok yaitu agenda tugas yang berhubungan dengan pekerjaan dan agenda sosial yang mempertemukan kebutuhan emosional dan peran sosial anggota kelompok. Pertemuan dua agenda tersebut dilakukan oleh kelompok dengan beberapa struktur dan proses kunci, yaitu:
a.    Norma
Adalah aturan atau pedoman bagi perilaku yang diharapkan dan diterima.
b.    Peran
Merupakan seperangkat norma yang menentukan perilaku yang pantas bagi kedudukan atau posisi sosial tertentu. Peran yang diasosiasikan dengan kehormatan atau gengsi, disebut status/posisi tinggi. Dalam kelompok ada dua macam konflik peran yaitu konflik orang peran dan konflik antarperan.
c.    Kohesi Kelompok
Rasa ketertarikan dan kesetiaan yang memotivasi setiap anggota untuk tetap berada dalam kelompok. Kohesi erat hubungannya dengan kepuasan, mendorong produktivitas, mendorong semangat, mendorong komunikasi yang efektif dan efisien.

3.  Proses dalam Kelompok
Individu dalam konteks kelompok dapat berperilaku berbeda dari orang lain yang bertindak secara bebas tanpa ikatan dengan kelompok manapun.
a.    Dampak terhadap kesadarn diri, deindividualisme
Dampak terhadap kesadaran diri, yaitu adanya pengueangan kesadaran diri, dapat berupa tindakan yang tidak konsisten dengan sikap individu tersebut dan penyerapan norma kelompok yang terlihat.
b.    Dampak terhadap performance (kinerja): fasilitas sosial
Kehadiran orang lain dapat mendorong dan memudahkan pelaksanaan kinerja.
c.    Sosialisasi kelompok
Sosialisasi kelompok berlangsung dalam serangkaian tahap yaitu, investigasi, sosialaisasi, pemeliharaan, dan terkadang resosialisasi dan kenangan.


4.  Pembentukan Keputusan
Terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi kualitas keputusan kelompok yaitu:
a.    Tujuan Sama
Sebuah keputusan akan lebih baik jika seluruh anggota kelompok menerima tujuan yang sama.
b.    Pembagian Tugas
Pembagian tugas akan mencapai hasil yang baik.
c.    Status dan Komunikasi
Anggota dengan status lebih tinggi akan berbicara lebih banyak dan lebih berpengaruh.
d.    Ukuran Kelompok
Semakin kecil kelompok akan semakin efisien pekerjaannya.
e.    Heterogenitas Kelompok

Dalam proses pembuatan keputusan mungkin terdapat bias, ada tiga bias sumber yaitu:

a.    Predisposisi anggota
Dalam mempertimbangkan sesuatu anggota kelompok mempinyai kecenderungan masing – masing.
b.    Solusi Terendah
Kebanyakan orang sulit untuk menerima kritikan oranglain dengan nyaman.
c.    Pergeseran Pilihan
Mewakili masalah yang telah banyak dipelajari dan dikenal dengan polarisasi kelompok.

5.  Polarisasi Kelompok
Berkaitan dengan pembuatan keputusan, dikenal adanya polarisasi kelompok. Ada yang berpendapat bahwa dalam kelompok individu menjadi kurang berani, kurang kreatif, kurang inovatif, menghindari resiko. Namun, ada yang berpendapat orang yang berasa dalam kelompok justru cenderung lebih berani.
Menurut Jalaludin Rahmat terdapat dua implikasi negatif polarisasi, yaitu Groupthink syndrome adalah proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif di mana anggota – anggotanya mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya tidak efektif lagi.
Kedua, adanya ekstremisme  dalam kelompok gerakan sosial dan politik dimana anggota – anggotanya memiliki pandangan yang sama  ketika mereka berdiskusi semakin yakin tentang kebersamaan dan menyalahkan kelompok lain.

B.  KEPEMIMPINAN

1.  Perilaku Kepemimpinan
a.    Spesialis
b.    Kepemimpinan unggul
2.  Fungsi Pemimpin
-      Pencapaian tujuan
-      Pemeliharaan Kelompok
-      Identitas Simbolik
-      Perwakilan Kelompok
-      Perubahan Kelompok
3.  Cara Pandang Memilih Pemimpim
-      Pendekatan yang baik bahwa pemimpin yang baik dilahirkan
-      Pendekatan bahwa kepemimpinan adalah soal gaya
-      Pendekatan Konteksual